Thursday, April 13, 2006

Filosofi kopi



Dewi Lestari, Gagas Media, 2006


Prosa Puisi ? Puisi Prosa ? Cerpen ? Puisi ?

18 Karya satu dekade dari Dewi Lestari terangkum dalam buku ini. Filosofi Kopi adalah salah satu judul tulisan tangan tersebut.

Membaca kumpulan cerita pendek karya Dee selama satu dekade (1995-2005) saya merasa refresh. Merasa disegarkan. Layaknya meminum kopi disore hari melepas penat.

Dee memang unik dalam berkarya. Saya merasakan sensasi unik saat membaca Filosofi Kopi (FK). Cerita pendeknya yang ringkas namun padat, cerkas kalau kata Arswendo dalam kata pengantarnya.

Saya meraba-raba, apakah ini masuk dalam prosa ? Atau puisi ? Puisi ? Atau Prosa ? Kadang tidak diantara keduanya, dan kadang masuk kesalah satu diantara keduanya. Disinilah kegenialan Dee dalam meramu untaian kata menjadi sastra.
Layaknya meramu kopi, kopi yang terasa pahit dan manis sekaligus. Kopi yang memberi sensasi tersendiri. Bukan teh, bukan susu. Tetapi Kopi.

Dua kisah favorit saya dalam buku ini adalah 'Filosofi kopi' tentu saja dan kisah 'Sikat gigi'. Mengajari tanpa merasa diajari. Memaknai kembali tentang makna hidup. Makna cinta yang seperti kata Dee adalah pusat dari karya-karyanya. Suatu tema pokok.

Ah, silahkan bacalah buku ini saudara, sambil menikmati kopi di sore hari selepas kerja. Jiwa dan pikiran anda akan tersegarkan kembali.


nyomot gambar dari sini

Tuesday, January 24, 2006

Neraka Manajemen



Neraka Manajemen,
Gilbreath, Robert D.
Kaifa


Sewaktu melihat buku ini pertama kali saya tertawa. Cover buku ini betul-betul kocak, setelah membaca ringkasan cerita dicover belakang saya langsung membelinya. Sayang sekali tdak ada buku sampel untuk saya skimming sebentar. Aneh, biasanya saya malas membeli buku yang tidak bisa saya baca sampelnya karena takutnya setelah beli bukunya mengecewakan. Sepertinya saya memutuskan untuk membeli karena saya kalah dengan ego saya : "Oh, lihatlah budak-budak itu, lucu sekali mereka".

Bukunya tidak mengecewakan. Saya beruntung !. Buku ini merangkum 12 masalah yang sering dihadapi oleh para manajer di perusahaan yang mereka kelola. Masalah-masalah tersebut contohnya Sentralisai yang berlebihan, budaya kompromi yang membikin perusahaan lambat mengambil keputusan, birokrasi yang justru menyebabkan perusahaan mati pelan-pelan dan masih banyak problem lain.

Masalah-masalah manajerial itu dikemas dalam cerita-cerita yang bersetting di berbagai masa dan lokasi. Dari zaman Babilonia, Romawi, Bahkan sampai era modern. Ceritanya juga bertema heroisme, komedi, misteri diselingi kisah 12 manajer yang terjebak di neraka manajemen yang jika mereka hendak keluar dari sana mereka harus mengisahkan 12 cerita kepada penguasa Neraka. Kisah-kisah yang terdapat di buku ini adalah kisah karangan mereka. Kisah yang mengambil setting berbagai masa dan tempat serta menggunakan tokoh-tokoh sejarah serta fiksi inilah yang membuat buku ini menarik. Namun tetap tidak ada yang baru dalam buku ini mengenai dunia manajemen. Hanya pengingat akan kesalahan-kesalahan saja, yang walaupun kita tahu itu salah tetapi kadang-kadang dilakukan juga secara tidak sadar.

Salah satu kisah yang paling saya sukai adalah kisah tentang Spartacus (yang juga bisa anda baca disini) dan kisah misteri a la Edgar Allan Poe yang berjudul 'kisah sebuah mesin teleks'. Untuk sidang pembaca, baik manajer atau bukan, buku ini bisa dibaca sebagai pengingat akan kesalahan manajerial atau sekedar berekreasi keluar dari rutinitas 8 jam yang membosankan. "Ah, lihatlah budak-budak itu...iiih, luthunaaa..."


-- rekan uyo

Monday, January 23, 2006

Soe Hok Gie : Zaman Peralihan


Perkenalan saya dengan sosok Soe Hok Gie adalah tentu saja dari nonton film 'Gie'. Waktu itu saya dan mbak Dian sepakat kalau sudah muncul di Depok kami akan nonton bersama. Dia fansnya Nicholas Saputra dan saya ingin lebih mengenal sosok Gie. Klop deh.

Gie baru saya kenal setelah saya lulus dari universitas, setelah saya jadi mantan mahasiswa. Sebelumnya saya hanya mendengar namanya saja tapi tidak kenal secara dekat. Membaca literaturnya saja saya belum pernah. Maka menonton film Gie adalah kali pertama saya berkenalan dengannya. Seusai film diputar saya berkomentar kepada mbak Dian "mbak, filmnya bagus yah ? Mbak ?....Mbak ?" Walah...mbaknya malah tidur.

Saya memilih buku Zaman Peralihan karena buku ini memuat beberapa tulisan Gie yang spektrumnya lebih luas daripada buku Gie yang lain seperti 'Orang-orang di persimpangan kiri jalan' atau 'Dibawah lentera merah' yang lebih memfokuskan pada satu topik saja. Buku ini berisi tulisan-tulisan Gie yang dikumpulkan menjadi empat bagian atau identifikai gagasan dasar. Masalah kebangsaan, masalah kemahasiswaan, masalah kemanusiaan dan catatan turis terpelajar. Masalah kebangsaan berisi tulisan-tulisan Gie yang menyangkut permasalahan bangsa secara makro. Masalah kemahasiswaan berisi tentang dunia kemahasiwaan dan pergelutannya dengan ideologi-ideologi politik yang masuk ke dalam kampus. Masalah kemanusiaan banyak berisi ide tentang tragedi penangkapan dan pembunuhan simpatisan pki serta masalah kemanusiaan lainnya seperti perang vietnam. Sedangkan catatan turis terpelajar berisi tulisan saat Gie berkunjung ke Amerika Serikat, berisi pendapat atas sosio kultural masyarakat AS kala itu.

Tulisan-tulisan Gie walaupun telah lewat masanya namun tetap aktual dimasa ini. Tulisan dan kritikan pedasnya merobek-robek jiwa kemanusiaan pembacanya. Menanyakan kembali identitas humane kita. Kemanakah ia sekarang. Bagi saya membaca buku ini membuat saya bertanya kembali dimanakah idealisme saya saat mahasiswa dulu ? Apakah ikut saya sampai sekarang atau telah saya tinggalkan di Gerbatama saat saya diwisuda.
Membaca Gie telah membuat hati saya terkelupas dan sadar akan realitas bahwa sesungguhnya nasib republik ini tidak banyak berubah karena setting panggung berubah, aktor telah diganti namun lakonnya tetap sama, jalan ceritanya tetap sama. Persis nan identik. La Histoire se repete.

Buku ini bisa membangkitkan semangat berpikir bebas, dan dapat menyentuh kesadaran pembaca terhadap nasib rakyat kecil, kelas sosial yang selalu menjadi keprihatinan Soe Hok Gie di saat hidupnya. Itulah tujuan diterbitkannya buku ini. Saya rasa tujuan itu telah tercapai.



"Mbak, bangun...filmnya udah selesai tuh, pulang yuk"
"Hmm ?"
"....Udah sampai mana mimpinya ?..."
"Belanda...."
"Oooo...cepet juga yah ?"



zaman boleh beralih, namun akar dari semuanya tak boleh tercerabut, yaitu kemanusiaan kita sebagai sebuah bangsa - SHG

-- rekan uyo

Sunday, January 22, 2006

Assalamu'alaikum : Islam Itu Agama Perlawanan !, sebuah resensi


Saat bertandang ke kosan "the Elder" saya menemukan buku ini berada diantara tumpukan buku-buku lain. Mata saya langsung berbinar. Ini dia yang selama ini saya cari. Gaung buku ini telah terdengar sebelumnya dari rekan-rekan saya yang telah lebih dahulu membaca buku ini, tapi baru sekarang saya bisa meminjam untuk membaca - dasar kutu buku gak punya modal :D. Sebelumnya saya telah membaca buku seri miskin karya Mas Eko berjudul 'Pengumuman, tidak ada sekolah murah' dan buku ini yang berjudul 'Assalamu'alaikum : Islam Itu Agama Perlawanan !' tidak mengecewakan harapan saya sama sekali.

Buku ini menceritakan keluh kesah penulis tentang bagaimana gerkan Islam yang telah kehilangan taringnya. Berada di menara gading sementara problematika sosial yang seharusnya diselesaikan oleh gerakan Islam yang berlandaskan 'agama yang paling benar dan kontemporer' berada tepat didepan mata. Sama seperti buku seri msikin, buku ini berisi kritikan 'nyelekit' yang diperkuat oleh gambar-gambar karikatur kocak karya (Mas ?) Tera. Kritikan sosial untuk pergerakan Islam yang justru miskin pergerakan dan gebrakan progresif untuk menyelesaikan masalah sosial.

Masalah-masalah yang diangkat didalam buku itu mengena sekali dalam kehidupan saya sebagai salah satu aktivis Islam wannabe :p dan sebagai ummat Islam itu sendiri. Masalah-masalah sosial yang saya lihat didepan batang hidung saya sendiri saat mencoba pura-pura aktif di kegiatan kerohanian saat sma, saat setelah berstatus mahasiswa dan setelah lulus. Masalah sosial yang mengelilingi saya sebagai seorang muslim dikehidupan sehari-hari. Kegusaran saya atas masalah-masalah sosial tersebut tertulis semua didalam buku karya mas Eko tersebut. Bahkan melalui buku ini, mas Eko telah membuka mata saya atas masalah-masalah lain yang belum pernah saya lihat atau saya tidak sadar bahwa itu adalah suatu masalah.

Overall, buku ini istilahnya 'Gue banget'. Buku bagus yang wajib menjadi koleksi dalam rak buku saya yang berantakan dan berdebu yang belum sempat saya rapikan kembali. Saya merekomendasikan buku ini untuk para aktivis Islam aseli dan untuk para aktivis Islam sepuhan insidentil macam saya. Bahkan saya merekomendasikan buku ini tidak untuk aktivis Islam saja tapi untuk seluruh aktivis multiagama, multikultur, lintas dimensi dan lintas generasi yang berada diluar sana yang belum ataupun sudah tersadar pada problematika masyarakat. Buku ini memperkaya khasanah pergerakan kita, mengasah kembali taring-taring perlawanan kita akan ketertindasan, ketidak adilan dan keterbelakangan. Buku ini memberi spirit baru bagi mereka-mereka yang saat ini skeptis dan apatis melihat kondisi republik. Buku ini memberi saya semangat untuk tetap pada slogan 'tulis dan lawan !'.

Oya, betewe adik saya yang biasanya malas baca buku, sedang baca buku ini juga lho :)


--rekan uyo

Tuesday, July 26, 2005

Perang Pasifik by P.K. Ojong



Perang Pasifik
written by PK Ojong
published by Penerbit Buku Kompas

Tadinya gue pengen nulis resensi tentang Perang Eropa (another book by PK Ojong), bahkan gue beli buku ini gara-gara gue tertarik dengan tulisan PK Ojong setelah baca Perang Eropa. Tapi berhubung Perang Eropa baru terbit sampai jilid kedua (dari 3 jilid) akhirnya gue tulis duluan yang Perang Pasifik.

Blurb
Perang Pasifik merupakan bagian dari Perang Dunia II yang memang terbagi jadi dua medan, Samudra Pasifik dan Eropa. Awalnya gue kira pembahasan Perang Pasifik bakalan banyak diwarnai dengan salvo-salvo meriam kapal tempur, tembakan torpedo bawah laut submarine, maupun iring-iringan pesawat yang lepas landas dari kapal induk. Tapi ternyata hampir separuh bagian bukunya lebih membahas perang darat untuk merebut pulau-pulau strategis tuk memukul mundur Jepang, mulai dari pulau-pulau kecil di Kepulauan Marshall sampai Iwojima.

Uniknya, pembahasan Perang Pasifik tidak dimulai dari titik awal dimulainya perang, yaitu serangan Jepang ke Pearl Harbour. Justru serangan yang dicetuskan Laksamana Yamamoto itu ditulis di bab terakhir bersama-sama dengan unconditional surrender Jepang ke Sekutu (Walaupun gak bener-bener unconditional soalnya pemerintah Jepang minta agar kedudukan Kaisar tidak diganggu gugat)

Verdict
P.K. Ojong is a good writer for sure. Baru kali ini gue baca buku sejarah yang bisa nambah wawasan sekaligus menghibur. Setiap pertempuran maupun keputusan militer yang diambil, dijelaskan kenapa-kenapanya. Contoh, di Bab terakhir (yang menurut gue merupakan gabungan bab pembukaan dan kesimpulan) dijelaskan kenapa militer Jepang berani-beraninya nyerang Pearl Harbour. Dimulai dari tinjauan historis sepuluh tahun sebelumnya yang sudah menunjukan kecenderungan pemerintah Jepang pada militer, sampai dikuasainya kekuatan politik Jepang oleh semangat militerisme.

Belum lagi sisipan cerita menarik tentang spionase dan gerakan gerilya melawan pendudukan Jepang. Kadang terselip cerita tentang orang-orang yang tidak terlibat langsung dengan Perang Pasifik namun di masa selanjutnya menjadi tokoh yang berpengaruh di negara asalnya, seperti cerita negri Burma dengan Aung San -nya (bapaknya Aung San Suu Kyi). Juga cerita tentang inovasi militer yang terjadi baik dalam level taktis maupun penemuan senjata baru. Serta analisa-analisa hasil pertempuran baik secara parsial maupun keseluruhan.

Bottom line, gue mau ngutip kalimat yang ada di prakata Perang Pasifik:
"Buku ini boleh jadi merupakan satu-satunya buku berbahasa Indonesia yang paling komprehensif mengupas Perang Dunia II di Kawasan Asia Pasifik ..."

--nut

Monday, July 25, 2005

Empat Langkah Menulis Resensi Buku

Apa yang dimaksud ulasan buku?
Ulasan buku atau biasa disebut resensi adalah deskripsi dan evaluasi terhadap sebuah buku yang telah Anda baca. Ulasan buku begitu bermanfaat karena menginformasikan kepada pembaca berikutnya mengenai buku yang mungkin mereka tertarik untuk membacanya. Seringkali sebuah resensi akan mempengaruhi pembaca lain lewat sedikit cerita tentang apa isi buku tersebut, mengenai apakah buku itu layak dibaca atau tidak.

Hal terpenting untuk diingat ialah resensi buku JANGAN memaparkan akhir dari buku! Umumnya pembaca tak akan mau meluangkan waktu untuk membacanya jika mereka sudah mengetahui akhirnya.

Empat Langkah Menulis Resensi Buku (khususnya fiksi)

1. Tulislah sekitar 3-4 kalimat mengenai plot buku tersebut
Buku tersebut berkisah perihal apa?
Siapa tokoh-tokoh utamanya?
Apa yang dilakukan karakter utama dalam cerita itu?
Apakah karakter utama menghadapi persoalan?
Apakah karakter utama melakukan petualangan?
Siapa karakter favorit Anda?
Mengapa Anda menyukainya?

2. Pengalaman pribadi Anda
Bisakah Anda menghubungkan diri Anda dengan salah satu karakter dalam cerita itu?
Pernahkah Anda melakukan sesuatu yang serupa dengan yang dilakukan karakter tadi?

3. Pendapat Anda
Apakah anda menyukai buku tersebut?
Bagian mana dari buku itu yang Anda sukai?
Bagian mana yang paling tidak Anda sukai?
Bila Anda bisa mengubah sesuatu dalam buku itu, apa yang Anda lakukan?
(Jika anda dapat mengubah akhir ceritanya, ingat jangan beritahu pembaca!)

4. Rekomendasi Anda
Apakah Anda merekomendasikan buku itu kepada orang lain? Pribadi seperti apa yang akan menyukai buku itu?

Ingat pula: resensi itu bukanlah sinopsis. Menulis sinopsis dalam tubuh tulisan resensi boleh saja, tapi tulislah secara padat. Sinopsis hanya menyuguhkan plot dan semacam ringkasan. Sedangkan menulis resensi mesti memasukkan analisis dan rekomendasi, juga memasukkan rasa atau keterlibatan pribadi Anda ketika membaca buku.

Prosentase terbesar kriteria penilaian sebuah resensi buku ada pada ketajaman analisis. Di sini, Anda harus bisa mengaitkan masalah lain yang ada dengan masalah yang diangkat buku itu. Dari sini, gagasan Anda dan isi buku mengenai masalah yang sama, bisa bertemu. Tentu saja Anda bisa mengungkapkan ketidaksetujuan atas gagasan penulis buku yang bersangkutan. Pada saat yang sama, Anda juga harus menawarkan argumen untuk mendukung pendapat Anda. Penguasaan pengetahuan lain sebagai bahan pembanding isi buku akan semakin menambah bobot resensi buku Anda.

Hal lain yang penting adalah gunakan bahasa yang terstruktur, lugas, dan jelas sehingga memudahkan pembaca memahami maksud tulisan. Melalui bahasa semacam itu, Anda bisa menulis ulang isi atau materi yang terkandung dalam buku, kemudian mengkritisi isinya jika ada yang dinilai kurang tepat. Hindari penggunaan kalimat yang panjang dan bertele-tele. Kalimat panjang bisa mengaburkan pesan yang akan disampaikan. Jangan lupa, pilih kata-kata yang tepat untuk merangkai tulisan resensi.

--Redaksi Ruang Baca Koran Tempo

Thursday, July 21, 2005

The 10 Credos of Compassionate Marketing

Saya merasa terhormat ketika diundang untuk berceramah bersama dengan KH Abdullah Gymnastiar. Bagi saya, Aa Gym adalah asset nasional. Dan kalau orang di seluruh dunia tahu, sebetulnya Aa Gym sudah merupakan asset dunia.

Karena itu ketika saya mendapat undangan untuk mengisi ceramah bersama Aa Gym, saya langsung membentuk tim di MarkPlus&Co yang terdiri dari teman - teman Muslim. Saya minta mereka mempelajari buku - buku Aa Gym, berkonsultasi dengan pakar bisnis Islam, dan mempelajari kitab suci untuk memperkaya konsep yang sedang saya kembangkan.

Inilah konsep Compassionate Marketing yang pertama kali saya share bersama Aa Gym di Bandung beberapa waktu yang lalu.

Saya melihat, dengan berkembangnya IT yang semakin meningkat, informasi semakin banyak, ternyata orang menjadi semakin bingung. Tidak seperti yang dulu diharapkan, kalau informasi semakin banyak, kita semakin pasti. Akibatnya, sekarang orang lebih membutuhkan spiritualitas dari pada dulu.

Dalam pikiran saya ada tiga era perkembangan spiritual.

Era pertama ketika orang melakukan polaris, antara spiritual itu sendiri dan bisnis. Saya masih ingat ada salah satu bos yang tidak perlu saya sebutkan namanya. Dia adalah salah satu bos besar dalam bisnis di Indonesia. Bos ini mengatakan pada saya, "Hermawan, kalau kamu mau berbisnis, jangan berpikir soal agama. Bisnismu itu di kiri, agama itu di kanan. Kalau kamu mau mendalami agama, pelajarilah betul - betul, jadilah kiai, jadilah pendeta, jadilah biarawan." Inilah yang saya sebut sebagai era pertama ketika orang benar- benar memisahkan antara urusan spiritual dengan urusan bisnis.

Kemudian muncul era kedua, yang dimulai ketika keadaan makin tidak menentu. Ketika lanskap bisnis semakin berubah terus, tidak stabil, orang mulai bingung, orang mulai melakukan yang namanya balancing. Mereka berbisnis dengan cara dunia, mereka tidak segan - segan meminta - minta, berkolusi ataupun melakukan tindakan - tindakan yang tidak etis. Tidak malu - malu, karena pada umumnya semua pebisnis melakukan hal seperti itu. Bahkan kalau pebisnis tidak melakukan hal seperti itu, mereka dianggap bukan pebisnis.

Namun ada sejumlah pebisnis yang menyumbangkan sebagian hasil binisnya yang dilakukan secara kurang etis tersebut untuk kepentingan spiritual. Jadi semacam Robin Hood. Di era tersebut orang akan berpikir, saya binisnya boleh menyuap, boleh menerima hasil korupsi asal uangnya disumbangkan lagi untuk kegiatan - kegiatan kemanusian, social dan keagamaan.

Saya melihatnya era ini sudah berlalu. kita mesti masuk pada era ketiga, bukan lagi era balancing tetapi masuk pada era integration. Menurut pendapat saya sekarang sudah tiba saatnya, bahwa kita harus melakukan 100% bisnis, 100% spiritual.

Jadi tidak perlu lagi ada polarisasi : kalau saya berbisnis, tidak perlu spiritualitas, kalau saya mandalami spiritualitas, tidak boleh lagi berbisnis. Atau dengan cara kedua, balancing, saya berbisnis dengan cara yang tidak spiritual. Boleh korupsi asal hasilnya saya sumbangkan untuk kegiatan spiritual.

Menurut saya, sekarang the ultimate stage adalah stage ketiga. Kita bisa melakukan 100% bisnis dan spiritual sekaligus. Dan kalau kita persempit dalam dunia marketing, orang akan bertanya-tanya, apa bisa kita menjalankan 100% marketing 100% spiritual?

Keraguan ini muncul karena banyak orang salah mengerti, yang dimaksud dengan marketing hanyalah selling. Dan kebanyakan salesman adalah orang yang omong besar dan manis. Yang dijanjikan seperti ini, tapi yang diserahkan bukan itu. Hal ini membuat banyak orang salah mengerti. Marketing diidentikkan dengan selling. Sedangkan selling itu diidentikkan dengan cheating. Ini yang keliru!

Kalau kita telusuri lebih mendalam akar-akar marketing yang sebenarnya, saya menemukan sepuluh hal yang saya pikir sama sekali tidak boleh dipertentangkan, bahkan tidak boleh diseimbangkan, tetapi harus diintegrasikan dengan nilai-nilai spiritual. Dari telusuran saya bersama tim, ternyata di dalam Kitab Suci dan Hadist banyak sekali ditemukan nilai-nilai spiritual dalam bisnis. Perkenankanlah saya untuk mengutarakan konsep "The 10 Credos of Compassionate Marketing" berikut ini satu per satu, mudah-mudahan ada inspirasi untuk kita semua.

PRINSIP # 1
LOVE YOUR CUSTOMER, RESPECT YOUR COMPETITOR

Cintailah pelanggan Anda, dan hormatlah pada competitor Anda. Tim saya menemukan ada disuatu hadist: "Allah tidak akan berbelas kasih pada seseorang bila ia tidak mengasihi sesamanya," Hadist riwayat Bukhari, dan Thabrani. Dan tim saya juga menemukan suatu quotation, "Dan janganlah sekali-sekali kebencianmu terhadap kamu untuk berlaku tidak adil," Al Qur'an surat Al Maidah : 8.

Aa Gym sudah jelas mengatakan, mengapa harus takut bersaing? Bersaing itu bagus. Kalau tidak ada lawannya kita selalu menjadi juara, tapi apa artinya juara? Bagi orang marketing kita harus melihat hal-hal sebagai berikut :

Pertama, competitor akan memperbesar pasar, sebab tanpa competitor industri tidak akan berkembang. Sebagai contoh, orang yang menjual martabak di suatu tempat, kalu tidak ada orang yang menjual martabak di sebelah-sebelahnya, maka pasar permartabakan mungkin tidak akan besar. Jadi your competitor will increase your market.

Kedua, competitor Anda sebetulnya perlu dibenchmark, mana yang bagus dan mana yang jelek. Yang bagus harus ditiru, namanya benchmarking. Dalam istilah manajemen, mempelajari competitor itu tidak ada yang salah, malah dianjurkan.

Ketiga, kalau Anda tahu competitor Anda melakukan strategi, barangkali belum tentu Anda harus meniru dia. Ada yang perlu ditiru, tapi justru ada yang harus dilakukan diferensiasi, yakni dengan menciptakan hal yang berbeda dengan apa yang telah dimiliki oleh competitor.

PRINSIP # 2
BE SENSITIVE TO CHANGE AND BE READY TO TRANSFORM

Dunia tidak akan selamanya seperti ini. Lanskap bisnis akan terus berubah. Kompetisi yang semakin sengit tidak mungkin dihindari lagi. Globalisasi dan teknologi akan membuat pelanggan semakin pintar. Kalau kita tidak sensitive dan tidak cepat-cepat mengubah diri, maka kita akan habis. Tim saya menemukan, "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka akan mengubah keadaan yang ada pada mereka sendiri," Al Qur'an Surat Ar - Ra'd : 11.

Dan saya ingat cerita yang indah Nabi Nuh yang dibisiki Tuhan bahwa akan ada banjir besar, tapi Nabi adalah orang yang sensitif. Lalu Nabi Nuh membuat kapal. Kita bukan Nabi, tidak munngkin Tuhan itu dengan gampang membisiki kita kalau kita tidak sangat dekat dengan Tuhan. Karena itu kita harus mendekatkan diri pada Tuhan secara terus menerus mengasah sensitifitas terhadap perubahan, sehingga kita lebih siap menghadapi persaingan.

PRINSIP # 3
GUARD YOUR NAME, BE CLEAR AND WHO YOUR ARE

Aa Gym sebelumnya telah mengatakan dengan jelas tentang pentingnya menjaga nama baik. Menjadi koruptor termasuk orang yang tidak bisa menjaga nama baik. padahal di dalam marketing diajarkan, "brand name is every thing". Seringkali orang membeli barang yang brand name bagus, walaupun secara kualitas, barang tersebut sama dengan yang lain. Guard your name be clear of who your are.

Tim saya melihat, menyelidiki, dan memaparkan kepada saya bahwa sebelum diangkat menjadi rasul, profesi Nabi adalah berdagang yang dia lakukan sejak usia 12 tahun. Dalam berdagang Nabi dikenal jujur sehingga mendapat julukan Al Amien. Mister Clean, Mister Trusty. Jadi dengan demikian Nabi Muhammad sudah memberikan contoh, bahwa positioning dan diferensiasinya berbeda disbanding dengan pedagang-pedagang lain.

PRINSIP # 4
CUSTOMER ARE DIFFERS, GO FIRST TO WHOM REALLY NEED YOU

Sebetulnya ini adalah prinsip segmentation. Anda tidak perlu pergi ke semua orang yang businessman, tetapi pergilah ke orang yang betul-betul membutuhkan Anda. Tim saya menemukan ayat : "Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya saling kenal mengenal," Al-Qur'an Surat Al Hujuraat : 13

Jadi kita berbisnis harus menetukan siapa target pasar kita. Be honest kalau Anda tidak bisa melayani suatu segmen karena Anda tidak mampu, jangan masuk ke situ. Layanilah orang-orang yang betul-betul menjadi priority target market Anda.

PRINSIP # 5
ALLWAYS OFFER GOOD PACKAGE AT A FAIR PRICE

Dalam prinsip ini, kita tidak boleh menjual barang jelek dengan harga yang tinggi, Sekali lagi tim saya menemukan kata - kata yang sangat bagus sekali, "Tidak dihalalkan bagi seorang muslim menjual barang yang cacat, kecuali ia memberitahukannya," Hadist Riwayat Ibnu Majjah dan Ibnu Hambali.

Saya juga membaca sendiri cerita di mana Nabi Muhammad menemukan ada seorang pedagang menjual jagung basah yang ditaruh tersembunyi. Nabi menyuruh pedagang itu menaruh jagung tersebut di luar supaya orang tahu kalau jagung itu basah.

Dan karena itu saya pikir, marketing yang benar adalah marketing yang fair, di mana harga dan produk harus sesuai. Kalau kita menipu orang dengan memberikan produk yang jelek lama-lama akan ketahuan dan akhirnya kita akan ditinggalkan orang. Nabi sudah mengajarkan itu sejak dulu ketika beliau masih menjadi seorang pedagang.

PRINSINP # 6
ALWAYS MAKE YOURSELF AVAILABLE, AND SPREAD THE GOOD NEWS

Pada dasarnya, marketing harus menyebarkan kabar gembira, tapi kabar gembira yang baik. Tim saya menemukan suatu kata-kata yang bagus, "Ketika Rasulullah mengutus sahabatnya untuk menyelesaikan suatu urusan, beliau akan bersabda, sampaikanlah kabar gembira dan janganlah menakut-nakuti, serta permudahlah jangan mempersulit," Hadist riwayat Abu Musa ra. Tim saya juga menambahkan, pada Al Qur'an terdapat ayat: "Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan rahmat bagi semesta alam," Al Qur'an surat Al Anbiyaa : 107.

Bagi saya, marketing adalah good news. Anda jangan menjual dengan menodong, janganlah menjual dengan surat rekomendasi. Kalau Anda melakukan monopoli, atau mendapatkan proyek dengan surat rekomendasi pejabat, ya mereka akan membeli tapi karena todongan. Dan yakinlah, hal itu tidak akan bertahan lama.

PRINSIP # 7
GET YOUR CUSTOMER, KEEP, AND GROW THEM

Sekali Anda mendapatkan pelanggan, peliharalah hubungan yang baik dengan mereka. Anda harus memastikan bahwa mereka selalu puas dengan layanan yang Anda berikan, sehingga mereka menjadi loyal kepada Anda. Ini yang namanya keep the customer. Keep the customer saja tidak cukup, seterusnya Anda juga harus grow the customer. Artinya, Anda harus meningkatkan value yang Anda tawarkan sehingga pelanggan berkembang, maka otomatis value yang Anda terima dari mereka juga akan berkembang.

Tim saya menemukan kata - kata yang juga sering dikutip oleh Aa Gym : "Barang siapa ingin dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah dia bersilahturahmi," Hadist riwayat Muttafaqun Alaih. Itu yang dinamakan customer relationship marketing atau apa yang kita sebut CRM.

PRINSIP # 8
WHATEVER YOUR BUSINESS, IT IS A SERVICE BUSINESS

Service business bukan hanya diterapkan pada bisnis hotel. Service business bukan hanya diterapkan pada bisnis retoran, tapi whatever your business Anda harus mempunyai jiwa melayani pelanggan.

Tim saya menemukan lagi: "Karena tangan yang di atas atau yang memberi lebih utama dari tangan yang dibawah, atau yang menerima. Dan mulailah dengan orang yang kau tanggung," Hadist riwayat Abu Hurairah ra. di dalam marketing, customer satisfaction Anda tidak melakukan marketing.

PRINSIP # 9
ALWAYS REFINE YOUR BUSINESS PROCESS IN TERM OF QUALITY, COST, AND DELIVERY

Tugas sebagai marketer adalah untuk selalu meningkatkan QCD : Quality, Cost, and Delivery. Kasihan pelanggan kalau kita memberikan barang yang rongsokan.

Tim saya menemukan: "Dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya," Al Qur'an Surat Al Israa: 34. Saya membaca, di dalam Islam, dilarang melakukan tadlis, yaitu penipuan. Dalam bisnis, penipuan itu banyak macamnya, baik yang menyangkut kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan serta harga.

PRINSIP # 10
GATHER RELEVANT INFORMATION, BUT USE WISDOM IN FINAL DECISION

Prinsip ini mengingkatkan kita untuk terus menerus belajar, belajar, dan belajar. Karena dunia ini berubah terus, Anda tidak bisa menjadi businessman, atau seorang marketer yang hanya menggunakan pendekatan-pendekatan lama, walaupun pendekatan itu dulunya bagus. Tapi sekarang, pendekatan-pendekatan itu harus terus-menerus diubah atau diperbaharui.

Tim saya menemukan bahwa: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat," Al Qur'an surat Al Mujadalah : 11

Menurut tim saya, dalam hadist juga disebutkan bahwa," Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi muslim", Hadist riwayat Ibnu Majjah dan Baihaqi. Bahkan Nabi pernah bersabda "Tuntutlah ilmu walau sampai ke Negeri Cina."

Saya belum berani mengatakan bahwa saya berbisnis dengan jujur itu karena iman, karena saya merasa iman saya belum sekuat Aa gym. Tapi dalam bahasa marketing, saya sering mengatakan begini kepada 140 orang anak buah saya, MarkPlus&Co harus benar-benar menjadi konsultan yang mendapatkan proyek tidak boleh menyuap.

Dan saya berani menjamin bahwa dalam mendapatkan klien, MarkPlus&Co selalu mendapatkan proyek dengan bersih, termasuk di banyak BUMN. Setiap saat saya selalu menekankan pentingnya kejujuran. Kalau harus sampai kalah dalam tender, tidak menjadi masalah, karena kita sudah berani bermain secara fair. Tetapi saya belum berani mengatakan bahwa hal itu karena iman, tapi lebih karena apa yang kita sebut sebagai diferensiasi.

Di dalam marketing kita mengatakan bahwa to be different is very important, jadi jangan menjadi me too atau peniru. Sebetulnya ajaran marketing terbesar bukan berarti berjualan dengan menipu. Ajaran marketing terbesar adalah kenalilah competitor Anda, dan jadilah different. Dan jagalah diferensiasi Anda kepada pelanggan sehingga mereka menghargai diferensiasi Anda. Dia membeli dengan jujur. Dia membeli dengan senang.

MarkPlus&Co sudah dikenal barangkali karena sudah 15 tahun berkiprah di Indonesia. MarkPlus&Co menjadi pioneer marketing sejak 15 tahun yang lalu, ketika Pak Harto masih memiliki power. Saat itu tidak ada orang yang percaya pada marketing, karena berbisnis itu gampang asal dekat dengan kekuasaan.

Tetapi kondisi persaingan telah membuat orang butuh marketing. Karena MarkPlus&Co yang memulai terlebih dahulu, dari positioningnya jelas, tidak boleh menyuap dalam bentuk apapun. Akhirnya semua orang tahu. Jadi orang yang menghubungi kami sudah tahu, walaupun dia kepala proyek dia tidak bakal mendapatkan apa-apa. Kalau dia menginginkan sesuatu dari proyeknya karena kebetulan dia memegang anggaran besar, tak mungkin mereka minta dari kami.

Saya melihat tren dunia sebetulnya juga ke arah itu. Walupun mungkin terdapat 70% atau bahkan lebih orang yang melakukan bisnis dengan mengikuti arus. Di dalam bisnis internasional, kita harus belajar dari kasus keterpurukan Enron.

Good Corporate Governance (GCG) saat ini sudah menjadi syarat mutlak perusahaan, apalagi perusahaan public. Kalau perusahaan tidak menjalankan GCG dengan bagus, tidak transparan kepada shareholder, main-main di belakang dengan melakukan pembukuan ganda dan sebagainya, maka harga sahamnya akan turun.

Dan pada waktu kami beberapa tahun yang lalu diminta membantu sebuah bank syariah untuk merancang strategi marketingnya, ketika bank syariah untuk pertama kalinya dibuka untuk umum, saya percaya bahwa bank syariah sesudah momen krisis ini saatnya muncul. Hal ini mengingat positioning dari bank syariah sebagai bank yang jujur, bank yang menerima simpanan orang tetapi diusahakan secara jujur, dan keuntungan bersama.

Karena itu sekarang kita lihat di Indonesia bank syariah itu berkembang dengan pesat. Itu berkaitan dengan kebutuhan setiap orang untuk berhubungan dengan bank-bank yang jujur. Jadi menurut keyakinan saya, sudah saatnya kita melakukan bisnis dengan dilandasi semangat spiritual. Jadi 100% bisnis, 100% spiritual, bukan balancing, bukan juga polaris, tetapi integrasi antara bisnis dan spiritual.

Kalau kita betul-betul menjalankan integrasi, menjalankan bisnis kita dengan cara jujur, secara iman mungkin seperti yang dikatakan Aa Gym, akan mendapatkan rezeki dari Tuhan. Tetapi secara marketing benar, karena kita sedikit dari sekian orang yang melakukan itu. Kita akan menjadi different, menjadi semacam berlian dalam Lumpur.

Terakhir saya ingin menambahkan, bahwa semua topik yang menjadi tema Aa Gym keyword-nya adalah hati. Hati yang bening hati yang bersih, karena hati kelihatannya sudah banyak yang hilang untuk saat ini.

Dan itu bukan cuma tren Indonesia atau tren agama-agama tertentu tapi saya kira tren universal. Sehingga salah satu lagu yang menjadi hit di dunia dinyanyikan oleh kelompok Black Eyed Peas, anak-anak muda dengan gaya R&B berjudul "Where is the love." Dimanakah cinta? Katanya, kebenaran masih tersimpan di bawah karpet, jika kita tidak mengerti tentang kebenaran, maka kita tidak akan pernah menemukan cinta.

Kebenaran, cinta dan moralitas, bermuara pada hati. Mudah-mudahan kali ini Anda menemukan hati itu kembali. Dan mulai berbisnis dengan hati.


Sumber:
The 10 Credos of Compassionate Marketing -
Hermawan Kartajaya

Belajar untuk melepaskan

Diambil dari Story of Soichiro Honda :

Honda Soichiro memiliki prinsip untuk menjadi nomor satu di dunia, dan oleh karenanya nomor satu di Jepang. Dia memilih membuat sendiri alat-alat untuk produknya daripada meniru alat buatan saingan. Soichiro adalah orang yang jenius, serius, keras kepala dan bertekad baja. Segala keinginan dan idenya harus bisa dia wujudkan, and sometime with casualty.

Honda juga memiliki tim F1 race sendiri. Mobil balap buatan sendiri yang tentu saja menggunakan prinsip, mesin buatan Honda sendiri. Tidak ada satu bautpun di mobil tersebut yang bukan pabrikan Honda.
Mobil Tim F1 Honda terkenal memiliki tenaga yang besar dan kecepatan yang tinggi, namun setiap kelebihan juga ada kekurangan. Mobil F1 Honda kurang bisa menguasai tikungan.

Suatu hari Tim F1 menemukan cara untuk mengatasi kekurangan tersebut, namun cara ini menggunakan mesin atau prinsip yang bukan buatan Honda. Soichiro menentang habis-habisan cara yang diusulkan tim. Konflik pun tak terhindarkan yang pada akhirnya berakibat pecahnya tim F1 dari Honda sendiri. Tim F1 membuat tim yang lepas dari otoritas pabrik.

Ada lagi kejadian dalam sejarah Honda dimana keteguhan hati Soichiro yang tidak mudah menyerah malah membuat produksi Honda terhambat. Teknisi Honda ditugaskan membuat mobil tipe baru untuk dipasarkan. Deadline hampir dekat, tetapi mereka dihadapkan oleh dilema. Mobil baru tersebut harus menggunakan pendingin air namun di lain pihak Soichiro bersikeras bahwa produk baru tersebut harus menggunakan pendingin udara buatan Honda. Jika keinginan boss dipenuhi produk tersebut akan susah diselesaikan atau bahkan tidak mungkin diselesaikan karena masalah-masalah teknis yang timbul akibat penggunaan tipe pendingin udara.

Sebenarnya apa yang diinginkan Soichiro adalah membuktikan kepada teknisinya bahwa segala masalah (dalam hal ini masalah yang ditimbulkan oleh penggunaan tipe pendingin udara) pasti ada jalan keluarnya. Dia bersikeras dan memaksa para teknisi untuk menemukan solusi dan tetap berpegang pada caranya.
(Kondisi yang mirip yang sekarang dihadapi oleh temen gue)

Konflik ini mengakibatkan Fujisawa Takeo sebagai Executive Vice President -sekaligus sahabat dekat Soichiro- yang menangani masalah non teknis seperti marketing dll harus turun tangan.
(Perusahaan Honda terbagi menjadi dua, kantor pusat yang dikepalai Fujisawa menangani masalah-masalah penjualan, promosi, customer relation dsb. Dan pusat Riset yang dikepalai oleh Honda sendiri - cara jenius dari Fujisawa untuk membebaskan kreativitas teknisi dari tuntutan pasar)

Kata-kata yang diucapkan Fujisawa kepada Honda kurang lebih :
"Apakah bapak sebagai direktur utama perusahaan Honda ataukah seorang teknisi di pusat riset ?". Kata-kata dari sahabatnya inilah yang menyadarkan Honda. Honda menyerah dan mengijinkan penggunaan tipe pendingin air. Setelah itu Honda tidak lagi terlalu ikut campur dalam pekerjaan yang dilakukan para teknisinya namun dia tetap berkarya dan tetap meneliti.

Ya...benar, kadang dalam hidup kita harus berusaha sampai titik darah penghabisan, kalau bisa mengambil darah orang lain untuk dihabiskan hehehe :D

Tetapi kadang, kita harus belajar untuk melepaskan. Mengambil napas, istirahat sebentar untuk selanjutnya kembali berjuang, mengambil alternatif lain. Teringat pula cerita saat kembali dari ekspedisi Mu'tah, para pejuang Islam dicemooh oleh penduduk Madinah, mereka dicemooh kaena kegagalan, dicemooh lari mundur dari perang di jalan Allah. Namun Rasulullah membela mereka dengan mengatakan bukan ! mereka bukan lari dari jalan Allah tapi pergi untuk kembali.


Life is simple, do not make it more simple apalagi more harder