Tuesday, July 26, 2005

Perang Pasifik by P.K. Ojong



Perang Pasifik
written by PK Ojong
published by Penerbit Buku Kompas

Tadinya gue pengen nulis resensi tentang Perang Eropa (another book by PK Ojong), bahkan gue beli buku ini gara-gara gue tertarik dengan tulisan PK Ojong setelah baca Perang Eropa. Tapi berhubung Perang Eropa baru terbit sampai jilid kedua (dari 3 jilid) akhirnya gue tulis duluan yang Perang Pasifik.

Blurb
Perang Pasifik merupakan bagian dari Perang Dunia II yang memang terbagi jadi dua medan, Samudra Pasifik dan Eropa. Awalnya gue kira pembahasan Perang Pasifik bakalan banyak diwarnai dengan salvo-salvo meriam kapal tempur, tembakan torpedo bawah laut submarine, maupun iring-iringan pesawat yang lepas landas dari kapal induk. Tapi ternyata hampir separuh bagian bukunya lebih membahas perang darat untuk merebut pulau-pulau strategis tuk memukul mundur Jepang, mulai dari pulau-pulau kecil di Kepulauan Marshall sampai Iwojima.

Uniknya, pembahasan Perang Pasifik tidak dimulai dari titik awal dimulainya perang, yaitu serangan Jepang ke Pearl Harbour. Justru serangan yang dicetuskan Laksamana Yamamoto itu ditulis di bab terakhir bersama-sama dengan unconditional surrender Jepang ke Sekutu (Walaupun gak bener-bener unconditional soalnya pemerintah Jepang minta agar kedudukan Kaisar tidak diganggu gugat)

Verdict
P.K. Ojong is a good writer for sure. Baru kali ini gue baca buku sejarah yang bisa nambah wawasan sekaligus menghibur. Setiap pertempuran maupun keputusan militer yang diambil, dijelaskan kenapa-kenapanya. Contoh, di Bab terakhir (yang menurut gue merupakan gabungan bab pembukaan dan kesimpulan) dijelaskan kenapa militer Jepang berani-beraninya nyerang Pearl Harbour. Dimulai dari tinjauan historis sepuluh tahun sebelumnya yang sudah menunjukan kecenderungan pemerintah Jepang pada militer, sampai dikuasainya kekuatan politik Jepang oleh semangat militerisme.

Belum lagi sisipan cerita menarik tentang spionase dan gerakan gerilya melawan pendudukan Jepang. Kadang terselip cerita tentang orang-orang yang tidak terlibat langsung dengan Perang Pasifik namun di masa selanjutnya menjadi tokoh yang berpengaruh di negara asalnya, seperti cerita negri Burma dengan Aung San -nya (bapaknya Aung San Suu Kyi). Juga cerita tentang inovasi militer yang terjadi baik dalam level taktis maupun penemuan senjata baru. Serta analisa-analisa hasil pertempuran baik secara parsial maupun keseluruhan.

Bottom line, gue mau ngutip kalimat yang ada di prakata Perang Pasifik:
"Buku ini boleh jadi merupakan satu-satunya buku berbahasa Indonesia yang paling komprehensif mengupas Perang Dunia II di Kawasan Asia Pasifik ..."

--nut

Monday, July 25, 2005

Empat Langkah Menulis Resensi Buku

Apa yang dimaksud ulasan buku?
Ulasan buku atau biasa disebut resensi adalah deskripsi dan evaluasi terhadap sebuah buku yang telah Anda baca. Ulasan buku begitu bermanfaat karena menginformasikan kepada pembaca berikutnya mengenai buku yang mungkin mereka tertarik untuk membacanya. Seringkali sebuah resensi akan mempengaruhi pembaca lain lewat sedikit cerita tentang apa isi buku tersebut, mengenai apakah buku itu layak dibaca atau tidak.

Hal terpenting untuk diingat ialah resensi buku JANGAN memaparkan akhir dari buku! Umumnya pembaca tak akan mau meluangkan waktu untuk membacanya jika mereka sudah mengetahui akhirnya.

Empat Langkah Menulis Resensi Buku (khususnya fiksi)

1. Tulislah sekitar 3-4 kalimat mengenai plot buku tersebut
Buku tersebut berkisah perihal apa?
Siapa tokoh-tokoh utamanya?
Apa yang dilakukan karakter utama dalam cerita itu?
Apakah karakter utama menghadapi persoalan?
Apakah karakter utama melakukan petualangan?
Siapa karakter favorit Anda?
Mengapa Anda menyukainya?

2. Pengalaman pribadi Anda
Bisakah Anda menghubungkan diri Anda dengan salah satu karakter dalam cerita itu?
Pernahkah Anda melakukan sesuatu yang serupa dengan yang dilakukan karakter tadi?

3. Pendapat Anda
Apakah anda menyukai buku tersebut?
Bagian mana dari buku itu yang Anda sukai?
Bagian mana yang paling tidak Anda sukai?
Bila Anda bisa mengubah sesuatu dalam buku itu, apa yang Anda lakukan?
(Jika anda dapat mengubah akhir ceritanya, ingat jangan beritahu pembaca!)

4. Rekomendasi Anda
Apakah Anda merekomendasikan buku itu kepada orang lain? Pribadi seperti apa yang akan menyukai buku itu?

Ingat pula: resensi itu bukanlah sinopsis. Menulis sinopsis dalam tubuh tulisan resensi boleh saja, tapi tulislah secara padat. Sinopsis hanya menyuguhkan plot dan semacam ringkasan. Sedangkan menulis resensi mesti memasukkan analisis dan rekomendasi, juga memasukkan rasa atau keterlibatan pribadi Anda ketika membaca buku.

Prosentase terbesar kriteria penilaian sebuah resensi buku ada pada ketajaman analisis. Di sini, Anda harus bisa mengaitkan masalah lain yang ada dengan masalah yang diangkat buku itu. Dari sini, gagasan Anda dan isi buku mengenai masalah yang sama, bisa bertemu. Tentu saja Anda bisa mengungkapkan ketidaksetujuan atas gagasan penulis buku yang bersangkutan. Pada saat yang sama, Anda juga harus menawarkan argumen untuk mendukung pendapat Anda. Penguasaan pengetahuan lain sebagai bahan pembanding isi buku akan semakin menambah bobot resensi buku Anda.

Hal lain yang penting adalah gunakan bahasa yang terstruktur, lugas, dan jelas sehingga memudahkan pembaca memahami maksud tulisan. Melalui bahasa semacam itu, Anda bisa menulis ulang isi atau materi yang terkandung dalam buku, kemudian mengkritisi isinya jika ada yang dinilai kurang tepat. Hindari penggunaan kalimat yang panjang dan bertele-tele. Kalimat panjang bisa mengaburkan pesan yang akan disampaikan. Jangan lupa, pilih kata-kata yang tepat untuk merangkai tulisan resensi.

--Redaksi Ruang Baca Koran Tempo

Thursday, July 21, 2005

The 10 Credos of Compassionate Marketing

Saya merasa terhormat ketika diundang untuk berceramah bersama dengan KH Abdullah Gymnastiar. Bagi saya, Aa Gym adalah asset nasional. Dan kalau orang di seluruh dunia tahu, sebetulnya Aa Gym sudah merupakan asset dunia.

Karena itu ketika saya mendapat undangan untuk mengisi ceramah bersama Aa Gym, saya langsung membentuk tim di MarkPlus&Co yang terdiri dari teman - teman Muslim. Saya minta mereka mempelajari buku - buku Aa Gym, berkonsultasi dengan pakar bisnis Islam, dan mempelajari kitab suci untuk memperkaya konsep yang sedang saya kembangkan.

Inilah konsep Compassionate Marketing yang pertama kali saya share bersama Aa Gym di Bandung beberapa waktu yang lalu.

Saya melihat, dengan berkembangnya IT yang semakin meningkat, informasi semakin banyak, ternyata orang menjadi semakin bingung. Tidak seperti yang dulu diharapkan, kalau informasi semakin banyak, kita semakin pasti. Akibatnya, sekarang orang lebih membutuhkan spiritualitas dari pada dulu.

Dalam pikiran saya ada tiga era perkembangan spiritual.

Era pertama ketika orang melakukan polaris, antara spiritual itu sendiri dan bisnis. Saya masih ingat ada salah satu bos yang tidak perlu saya sebutkan namanya. Dia adalah salah satu bos besar dalam bisnis di Indonesia. Bos ini mengatakan pada saya, "Hermawan, kalau kamu mau berbisnis, jangan berpikir soal agama. Bisnismu itu di kiri, agama itu di kanan. Kalau kamu mau mendalami agama, pelajarilah betul - betul, jadilah kiai, jadilah pendeta, jadilah biarawan." Inilah yang saya sebut sebagai era pertama ketika orang benar- benar memisahkan antara urusan spiritual dengan urusan bisnis.

Kemudian muncul era kedua, yang dimulai ketika keadaan makin tidak menentu. Ketika lanskap bisnis semakin berubah terus, tidak stabil, orang mulai bingung, orang mulai melakukan yang namanya balancing. Mereka berbisnis dengan cara dunia, mereka tidak segan - segan meminta - minta, berkolusi ataupun melakukan tindakan - tindakan yang tidak etis. Tidak malu - malu, karena pada umumnya semua pebisnis melakukan hal seperti itu. Bahkan kalau pebisnis tidak melakukan hal seperti itu, mereka dianggap bukan pebisnis.

Namun ada sejumlah pebisnis yang menyumbangkan sebagian hasil binisnya yang dilakukan secara kurang etis tersebut untuk kepentingan spiritual. Jadi semacam Robin Hood. Di era tersebut orang akan berpikir, saya binisnya boleh menyuap, boleh menerima hasil korupsi asal uangnya disumbangkan lagi untuk kegiatan - kegiatan kemanusian, social dan keagamaan.

Saya melihatnya era ini sudah berlalu. kita mesti masuk pada era ketiga, bukan lagi era balancing tetapi masuk pada era integration. Menurut pendapat saya sekarang sudah tiba saatnya, bahwa kita harus melakukan 100% bisnis, 100% spiritual.

Jadi tidak perlu lagi ada polarisasi : kalau saya berbisnis, tidak perlu spiritualitas, kalau saya mandalami spiritualitas, tidak boleh lagi berbisnis. Atau dengan cara kedua, balancing, saya berbisnis dengan cara yang tidak spiritual. Boleh korupsi asal hasilnya saya sumbangkan untuk kegiatan spiritual.

Menurut saya, sekarang the ultimate stage adalah stage ketiga. Kita bisa melakukan 100% bisnis dan spiritual sekaligus. Dan kalau kita persempit dalam dunia marketing, orang akan bertanya-tanya, apa bisa kita menjalankan 100% marketing 100% spiritual?

Keraguan ini muncul karena banyak orang salah mengerti, yang dimaksud dengan marketing hanyalah selling. Dan kebanyakan salesman adalah orang yang omong besar dan manis. Yang dijanjikan seperti ini, tapi yang diserahkan bukan itu. Hal ini membuat banyak orang salah mengerti. Marketing diidentikkan dengan selling. Sedangkan selling itu diidentikkan dengan cheating. Ini yang keliru!

Kalau kita telusuri lebih mendalam akar-akar marketing yang sebenarnya, saya menemukan sepuluh hal yang saya pikir sama sekali tidak boleh dipertentangkan, bahkan tidak boleh diseimbangkan, tetapi harus diintegrasikan dengan nilai-nilai spiritual. Dari telusuran saya bersama tim, ternyata di dalam Kitab Suci dan Hadist banyak sekali ditemukan nilai-nilai spiritual dalam bisnis. Perkenankanlah saya untuk mengutarakan konsep "The 10 Credos of Compassionate Marketing" berikut ini satu per satu, mudah-mudahan ada inspirasi untuk kita semua.

PRINSIP # 1
LOVE YOUR CUSTOMER, RESPECT YOUR COMPETITOR

Cintailah pelanggan Anda, dan hormatlah pada competitor Anda. Tim saya menemukan ada disuatu hadist: "Allah tidak akan berbelas kasih pada seseorang bila ia tidak mengasihi sesamanya," Hadist riwayat Bukhari, dan Thabrani. Dan tim saya juga menemukan suatu quotation, "Dan janganlah sekali-sekali kebencianmu terhadap kamu untuk berlaku tidak adil," Al Qur'an surat Al Maidah : 8.

Aa Gym sudah jelas mengatakan, mengapa harus takut bersaing? Bersaing itu bagus. Kalau tidak ada lawannya kita selalu menjadi juara, tapi apa artinya juara? Bagi orang marketing kita harus melihat hal-hal sebagai berikut :

Pertama, competitor akan memperbesar pasar, sebab tanpa competitor industri tidak akan berkembang. Sebagai contoh, orang yang menjual martabak di suatu tempat, kalu tidak ada orang yang menjual martabak di sebelah-sebelahnya, maka pasar permartabakan mungkin tidak akan besar. Jadi your competitor will increase your market.

Kedua, competitor Anda sebetulnya perlu dibenchmark, mana yang bagus dan mana yang jelek. Yang bagus harus ditiru, namanya benchmarking. Dalam istilah manajemen, mempelajari competitor itu tidak ada yang salah, malah dianjurkan.

Ketiga, kalau Anda tahu competitor Anda melakukan strategi, barangkali belum tentu Anda harus meniru dia. Ada yang perlu ditiru, tapi justru ada yang harus dilakukan diferensiasi, yakni dengan menciptakan hal yang berbeda dengan apa yang telah dimiliki oleh competitor.

PRINSIP # 2
BE SENSITIVE TO CHANGE AND BE READY TO TRANSFORM

Dunia tidak akan selamanya seperti ini. Lanskap bisnis akan terus berubah. Kompetisi yang semakin sengit tidak mungkin dihindari lagi. Globalisasi dan teknologi akan membuat pelanggan semakin pintar. Kalau kita tidak sensitive dan tidak cepat-cepat mengubah diri, maka kita akan habis. Tim saya menemukan, "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka akan mengubah keadaan yang ada pada mereka sendiri," Al Qur'an Surat Ar - Ra'd : 11.

Dan saya ingat cerita yang indah Nabi Nuh yang dibisiki Tuhan bahwa akan ada banjir besar, tapi Nabi adalah orang yang sensitif. Lalu Nabi Nuh membuat kapal. Kita bukan Nabi, tidak munngkin Tuhan itu dengan gampang membisiki kita kalau kita tidak sangat dekat dengan Tuhan. Karena itu kita harus mendekatkan diri pada Tuhan secara terus menerus mengasah sensitifitas terhadap perubahan, sehingga kita lebih siap menghadapi persaingan.

PRINSIP # 3
GUARD YOUR NAME, BE CLEAR AND WHO YOUR ARE

Aa Gym sebelumnya telah mengatakan dengan jelas tentang pentingnya menjaga nama baik. Menjadi koruptor termasuk orang yang tidak bisa menjaga nama baik. padahal di dalam marketing diajarkan, "brand name is every thing". Seringkali orang membeli barang yang brand name bagus, walaupun secara kualitas, barang tersebut sama dengan yang lain. Guard your name be clear of who your are.

Tim saya melihat, menyelidiki, dan memaparkan kepada saya bahwa sebelum diangkat menjadi rasul, profesi Nabi adalah berdagang yang dia lakukan sejak usia 12 tahun. Dalam berdagang Nabi dikenal jujur sehingga mendapat julukan Al Amien. Mister Clean, Mister Trusty. Jadi dengan demikian Nabi Muhammad sudah memberikan contoh, bahwa positioning dan diferensiasinya berbeda disbanding dengan pedagang-pedagang lain.

PRINSIP # 4
CUSTOMER ARE DIFFERS, GO FIRST TO WHOM REALLY NEED YOU

Sebetulnya ini adalah prinsip segmentation. Anda tidak perlu pergi ke semua orang yang businessman, tetapi pergilah ke orang yang betul-betul membutuhkan Anda. Tim saya menemukan ayat : "Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya saling kenal mengenal," Al-Qur'an Surat Al Hujuraat : 13

Jadi kita berbisnis harus menetukan siapa target pasar kita. Be honest kalau Anda tidak bisa melayani suatu segmen karena Anda tidak mampu, jangan masuk ke situ. Layanilah orang-orang yang betul-betul menjadi priority target market Anda.

PRINSIP # 5
ALLWAYS OFFER GOOD PACKAGE AT A FAIR PRICE

Dalam prinsip ini, kita tidak boleh menjual barang jelek dengan harga yang tinggi, Sekali lagi tim saya menemukan kata - kata yang sangat bagus sekali, "Tidak dihalalkan bagi seorang muslim menjual barang yang cacat, kecuali ia memberitahukannya," Hadist Riwayat Ibnu Majjah dan Ibnu Hambali.

Saya juga membaca sendiri cerita di mana Nabi Muhammad menemukan ada seorang pedagang menjual jagung basah yang ditaruh tersembunyi. Nabi menyuruh pedagang itu menaruh jagung tersebut di luar supaya orang tahu kalau jagung itu basah.

Dan karena itu saya pikir, marketing yang benar adalah marketing yang fair, di mana harga dan produk harus sesuai. Kalau kita menipu orang dengan memberikan produk yang jelek lama-lama akan ketahuan dan akhirnya kita akan ditinggalkan orang. Nabi sudah mengajarkan itu sejak dulu ketika beliau masih menjadi seorang pedagang.

PRINSINP # 6
ALWAYS MAKE YOURSELF AVAILABLE, AND SPREAD THE GOOD NEWS

Pada dasarnya, marketing harus menyebarkan kabar gembira, tapi kabar gembira yang baik. Tim saya menemukan suatu kata-kata yang bagus, "Ketika Rasulullah mengutus sahabatnya untuk menyelesaikan suatu urusan, beliau akan bersabda, sampaikanlah kabar gembira dan janganlah menakut-nakuti, serta permudahlah jangan mempersulit," Hadist riwayat Abu Musa ra. Tim saya juga menambahkan, pada Al Qur'an terdapat ayat: "Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan rahmat bagi semesta alam," Al Qur'an surat Al Anbiyaa : 107.

Bagi saya, marketing adalah good news. Anda jangan menjual dengan menodong, janganlah menjual dengan surat rekomendasi. Kalau Anda melakukan monopoli, atau mendapatkan proyek dengan surat rekomendasi pejabat, ya mereka akan membeli tapi karena todongan. Dan yakinlah, hal itu tidak akan bertahan lama.

PRINSIP # 7
GET YOUR CUSTOMER, KEEP, AND GROW THEM

Sekali Anda mendapatkan pelanggan, peliharalah hubungan yang baik dengan mereka. Anda harus memastikan bahwa mereka selalu puas dengan layanan yang Anda berikan, sehingga mereka menjadi loyal kepada Anda. Ini yang namanya keep the customer. Keep the customer saja tidak cukup, seterusnya Anda juga harus grow the customer. Artinya, Anda harus meningkatkan value yang Anda tawarkan sehingga pelanggan berkembang, maka otomatis value yang Anda terima dari mereka juga akan berkembang.

Tim saya menemukan kata - kata yang juga sering dikutip oleh Aa Gym : "Barang siapa ingin dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah dia bersilahturahmi," Hadist riwayat Muttafaqun Alaih. Itu yang dinamakan customer relationship marketing atau apa yang kita sebut CRM.

PRINSIP # 8
WHATEVER YOUR BUSINESS, IT IS A SERVICE BUSINESS

Service business bukan hanya diterapkan pada bisnis hotel. Service business bukan hanya diterapkan pada bisnis retoran, tapi whatever your business Anda harus mempunyai jiwa melayani pelanggan.

Tim saya menemukan lagi: "Karena tangan yang di atas atau yang memberi lebih utama dari tangan yang dibawah, atau yang menerima. Dan mulailah dengan orang yang kau tanggung," Hadist riwayat Abu Hurairah ra. di dalam marketing, customer satisfaction Anda tidak melakukan marketing.

PRINSIP # 9
ALWAYS REFINE YOUR BUSINESS PROCESS IN TERM OF QUALITY, COST, AND DELIVERY

Tugas sebagai marketer adalah untuk selalu meningkatkan QCD : Quality, Cost, and Delivery. Kasihan pelanggan kalau kita memberikan barang yang rongsokan.

Tim saya menemukan: "Dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya," Al Qur'an Surat Al Israa: 34. Saya membaca, di dalam Islam, dilarang melakukan tadlis, yaitu penipuan. Dalam bisnis, penipuan itu banyak macamnya, baik yang menyangkut kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan serta harga.

PRINSIP # 10
GATHER RELEVANT INFORMATION, BUT USE WISDOM IN FINAL DECISION

Prinsip ini mengingkatkan kita untuk terus menerus belajar, belajar, dan belajar. Karena dunia ini berubah terus, Anda tidak bisa menjadi businessman, atau seorang marketer yang hanya menggunakan pendekatan-pendekatan lama, walaupun pendekatan itu dulunya bagus. Tapi sekarang, pendekatan-pendekatan itu harus terus-menerus diubah atau diperbaharui.

Tim saya menemukan bahwa: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat," Al Qur'an surat Al Mujadalah : 11

Menurut tim saya, dalam hadist juga disebutkan bahwa," Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi muslim", Hadist riwayat Ibnu Majjah dan Baihaqi. Bahkan Nabi pernah bersabda "Tuntutlah ilmu walau sampai ke Negeri Cina."

Saya belum berani mengatakan bahwa saya berbisnis dengan jujur itu karena iman, karena saya merasa iman saya belum sekuat Aa gym. Tapi dalam bahasa marketing, saya sering mengatakan begini kepada 140 orang anak buah saya, MarkPlus&Co harus benar-benar menjadi konsultan yang mendapatkan proyek tidak boleh menyuap.

Dan saya berani menjamin bahwa dalam mendapatkan klien, MarkPlus&Co selalu mendapatkan proyek dengan bersih, termasuk di banyak BUMN. Setiap saat saya selalu menekankan pentingnya kejujuran. Kalau harus sampai kalah dalam tender, tidak menjadi masalah, karena kita sudah berani bermain secara fair. Tetapi saya belum berani mengatakan bahwa hal itu karena iman, tapi lebih karena apa yang kita sebut sebagai diferensiasi.

Di dalam marketing kita mengatakan bahwa to be different is very important, jadi jangan menjadi me too atau peniru. Sebetulnya ajaran marketing terbesar bukan berarti berjualan dengan menipu. Ajaran marketing terbesar adalah kenalilah competitor Anda, dan jadilah different. Dan jagalah diferensiasi Anda kepada pelanggan sehingga mereka menghargai diferensiasi Anda. Dia membeli dengan jujur. Dia membeli dengan senang.

MarkPlus&Co sudah dikenal barangkali karena sudah 15 tahun berkiprah di Indonesia. MarkPlus&Co menjadi pioneer marketing sejak 15 tahun yang lalu, ketika Pak Harto masih memiliki power. Saat itu tidak ada orang yang percaya pada marketing, karena berbisnis itu gampang asal dekat dengan kekuasaan.

Tetapi kondisi persaingan telah membuat orang butuh marketing. Karena MarkPlus&Co yang memulai terlebih dahulu, dari positioningnya jelas, tidak boleh menyuap dalam bentuk apapun. Akhirnya semua orang tahu. Jadi orang yang menghubungi kami sudah tahu, walaupun dia kepala proyek dia tidak bakal mendapatkan apa-apa. Kalau dia menginginkan sesuatu dari proyeknya karena kebetulan dia memegang anggaran besar, tak mungkin mereka minta dari kami.

Saya melihat tren dunia sebetulnya juga ke arah itu. Walupun mungkin terdapat 70% atau bahkan lebih orang yang melakukan bisnis dengan mengikuti arus. Di dalam bisnis internasional, kita harus belajar dari kasus keterpurukan Enron.

Good Corporate Governance (GCG) saat ini sudah menjadi syarat mutlak perusahaan, apalagi perusahaan public. Kalau perusahaan tidak menjalankan GCG dengan bagus, tidak transparan kepada shareholder, main-main di belakang dengan melakukan pembukuan ganda dan sebagainya, maka harga sahamnya akan turun.

Dan pada waktu kami beberapa tahun yang lalu diminta membantu sebuah bank syariah untuk merancang strategi marketingnya, ketika bank syariah untuk pertama kalinya dibuka untuk umum, saya percaya bahwa bank syariah sesudah momen krisis ini saatnya muncul. Hal ini mengingat positioning dari bank syariah sebagai bank yang jujur, bank yang menerima simpanan orang tetapi diusahakan secara jujur, dan keuntungan bersama.

Karena itu sekarang kita lihat di Indonesia bank syariah itu berkembang dengan pesat. Itu berkaitan dengan kebutuhan setiap orang untuk berhubungan dengan bank-bank yang jujur. Jadi menurut keyakinan saya, sudah saatnya kita melakukan bisnis dengan dilandasi semangat spiritual. Jadi 100% bisnis, 100% spiritual, bukan balancing, bukan juga polaris, tetapi integrasi antara bisnis dan spiritual.

Kalau kita betul-betul menjalankan integrasi, menjalankan bisnis kita dengan cara jujur, secara iman mungkin seperti yang dikatakan Aa Gym, akan mendapatkan rezeki dari Tuhan. Tetapi secara marketing benar, karena kita sedikit dari sekian orang yang melakukan itu. Kita akan menjadi different, menjadi semacam berlian dalam Lumpur.

Terakhir saya ingin menambahkan, bahwa semua topik yang menjadi tema Aa Gym keyword-nya adalah hati. Hati yang bening hati yang bersih, karena hati kelihatannya sudah banyak yang hilang untuk saat ini.

Dan itu bukan cuma tren Indonesia atau tren agama-agama tertentu tapi saya kira tren universal. Sehingga salah satu lagu yang menjadi hit di dunia dinyanyikan oleh kelompok Black Eyed Peas, anak-anak muda dengan gaya R&B berjudul "Where is the love." Dimanakah cinta? Katanya, kebenaran masih tersimpan di bawah karpet, jika kita tidak mengerti tentang kebenaran, maka kita tidak akan pernah menemukan cinta.

Kebenaran, cinta dan moralitas, bermuara pada hati. Mudah-mudahan kali ini Anda menemukan hati itu kembali. Dan mulai berbisnis dengan hati.


Sumber:
The 10 Credos of Compassionate Marketing -
Hermawan Kartajaya

Belajar untuk melepaskan

Diambil dari Story of Soichiro Honda :

Honda Soichiro memiliki prinsip untuk menjadi nomor satu di dunia, dan oleh karenanya nomor satu di Jepang. Dia memilih membuat sendiri alat-alat untuk produknya daripada meniru alat buatan saingan. Soichiro adalah orang yang jenius, serius, keras kepala dan bertekad baja. Segala keinginan dan idenya harus bisa dia wujudkan, and sometime with casualty.

Honda juga memiliki tim F1 race sendiri. Mobil balap buatan sendiri yang tentu saja menggunakan prinsip, mesin buatan Honda sendiri. Tidak ada satu bautpun di mobil tersebut yang bukan pabrikan Honda.
Mobil Tim F1 Honda terkenal memiliki tenaga yang besar dan kecepatan yang tinggi, namun setiap kelebihan juga ada kekurangan. Mobil F1 Honda kurang bisa menguasai tikungan.

Suatu hari Tim F1 menemukan cara untuk mengatasi kekurangan tersebut, namun cara ini menggunakan mesin atau prinsip yang bukan buatan Honda. Soichiro menentang habis-habisan cara yang diusulkan tim. Konflik pun tak terhindarkan yang pada akhirnya berakibat pecahnya tim F1 dari Honda sendiri. Tim F1 membuat tim yang lepas dari otoritas pabrik.

Ada lagi kejadian dalam sejarah Honda dimana keteguhan hati Soichiro yang tidak mudah menyerah malah membuat produksi Honda terhambat. Teknisi Honda ditugaskan membuat mobil tipe baru untuk dipasarkan. Deadline hampir dekat, tetapi mereka dihadapkan oleh dilema. Mobil baru tersebut harus menggunakan pendingin air namun di lain pihak Soichiro bersikeras bahwa produk baru tersebut harus menggunakan pendingin udara buatan Honda. Jika keinginan boss dipenuhi produk tersebut akan susah diselesaikan atau bahkan tidak mungkin diselesaikan karena masalah-masalah teknis yang timbul akibat penggunaan tipe pendingin udara.

Sebenarnya apa yang diinginkan Soichiro adalah membuktikan kepada teknisinya bahwa segala masalah (dalam hal ini masalah yang ditimbulkan oleh penggunaan tipe pendingin udara) pasti ada jalan keluarnya. Dia bersikeras dan memaksa para teknisi untuk menemukan solusi dan tetap berpegang pada caranya.
(Kondisi yang mirip yang sekarang dihadapi oleh temen gue)

Konflik ini mengakibatkan Fujisawa Takeo sebagai Executive Vice President -sekaligus sahabat dekat Soichiro- yang menangani masalah non teknis seperti marketing dll harus turun tangan.
(Perusahaan Honda terbagi menjadi dua, kantor pusat yang dikepalai Fujisawa menangani masalah-masalah penjualan, promosi, customer relation dsb. Dan pusat Riset yang dikepalai oleh Honda sendiri - cara jenius dari Fujisawa untuk membebaskan kreativitas teknisi dari tuntutan pasar)

Kata-kata yang diucapkan Fujisawa kepada Honda kurang lebih :
"Apakah bapak sebagai direktur utama perusahaan Honda ataukah seorang teknisi di pusat riset ?". Kata-kata dari sahabatnya inilah yang menyadarkan Honda. Honda menyerah dan mengijinkan penggunaan tipe pendingin air. Setelah itu Honda tidak lagi terlalu ikut campur dalam pekerjaan yang dilakukan para teknisinya namun dia tetap berkarya dan tetap meneliti.

Ya...benar, kadang dalam hidup kita harus berusaha sampai titik darah penghabisan, kalau bisa mengambil darah orang lain untuk dihabiskan hehehe :D

Tetapi kadang, kita harus belajar untuk melepaskan. Mengambil napas, istirahat sebentar untuk selanjutnya kembali berjuang, mengambil alternatif lain. Teringat pula cerita saat kembali dari ekspedisi Mu'tah, para pejuang Islam dicemooh oleh penduduk Madinah, mereka dicemooh kaena kegagalan, dicemooh lari mundur dari perang di jalan Allah. Namun Rasulullah membela mereka dengan mengatakan bukan ! mereka bukan lari dari jalan Allah tapi pergi untuk kembali.


Life is simple, do not make it more simple apalagi more harder

Monday, July 18, 2005

Kupu-kupu di Dalam Buku

Ketika duduk di setasiun bis, di gerbong kereta api,
di ruang tunggu praktek dokter anak, di balai desa,
kulihat orang-orang di sekitarku duduk membaca buku,
dan aku bertanya di negeri mana gerangan aku sekarang,

Ketika berjalan sepanjang gang antara rak-rak panjang,
di perpustakaan yang mengandung ratusan ribu buku
dan cahaya lampunya terang benderang,
kulihat anak-anak muda dan anak-anak tua
sibuk membaca dan menuliskan catatan,
dan aku bertanya di negeri mana gerangan aku sekarang,

Ketika bertandang di sebuah toko,
warna-warni produk yang dipajang terbentang,
orang-orang memborong itu barang
dan mereka berdiri beraturan di depan tempat pembayaran,
dan aku bertanya di toko buku negeri mana gerangan aku sekarang,

Ketika singgah di sebuah rumah,
kulihat ada anak kecil bertanya pada mamanya,
dan mamanya tak bisa menjawab keinginan-tahu puterinya, kemudian
katanya, "tunggu, tunggu, mama buka ensiklopedia dulu, yang tahu
tentang kupu-kupu," dan aku bertanya di rumah negeri mana gerangan
aku sekarang,

Agaknya inilah yang kita rindukan bersama,
di setasiun bis dan ruang tunggu kereta-api negeri ini buku dibaca,
diperpustakaan perguruan,
kota dan desa buku dibaca,
di tempat penjualan buku laris dibeli,
dan ensiklopedia yang terpajang di ruang tamu
tidak berselimut debu karena memang dibaca.

Taufiq Ismail, 1996.

Sunday, July 17, 2005

Sebuah Roman di Akhir Minggu

Sejak Barkah pertama kali menyebutkan nama buku itu, gue tahu ini akan jadi perburuan yang sulit. "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" dikarang oleh Dr.HAMKA dan terbit pertama kali tahun 1938. Jelas tidak mungkin menemukan buku ini dengan cara mencarinya di antara rak toko buku Gramedia. Gue menghubungi tiga toko buku online lokal untuk menanyakan buku itu, hasilnya dua toko tidak membalas sampai sekarang sementara yang terakhir malah mengirim katalog buku terbaru mereka. Usaha lewat milis dan forum penggemar buku juga belum membuahkan hasil signifikan. Jalan terakhir yang gue belum lakukan mungkin tinggal berburu di lapak-lapak buku bekas di Pasar Senen, dan untuk yang satu itu gue masih terkendala waktu dan kesempatan.

Gue penasaran dengan alasan Barkah ingin mendapatkan buku ini. Waktu itu sih dia bilang itu karena belum pernah lagi baca karya fiksi yang menyentuh sejak baca Contactnya Carl Sagan. Gue jadi bingung memikirkan bagaimana mungkin keinginan yang terbetik kemudian adalah membaca sebuah roman angkatan 45 jika karya fiksi terakhir yang dianggap menyentuh adalah sebuah novel fiksi ilmiah ?

Eniwei, setelah gue cerita ini ke my beloved sister, die kemudian membawa pulang sebuah edisi "Tenggelamnya Kapal van Der Wijck" dari Perpustakaan FIB. Yang dibawa adek gue adalah cetakan ulang ke-4, bertanggal tahun 1966. Ejaan yang digunakan masih dan kertasnya sudah mulai menguning dimakan umur. Tertarik untuk menjawab pertanyaan "apakah roman ini termasuk karya yang menyentuh ?" gue putuskan untuk membacanya. Seingat gue, gue terakhir kali baca roman itu semasa SMA. Kalau dulu ada tuntutan tugas pelajaran Bahasa Indonesia, gue rasa akan menarik kalau sekarang gue membacanya sebagai suatu rekreasi ke masa silam, selingan dari karya-karya kontemporer yang lebih sering gue baca,

Dalam roman itu HAMKA mengajak kita mengikuti kisah cinta dua anak manusia, Zainuddin dan Hayati, yang terjadi di sebuah masa yang rasanya jauh sekali dari masa kita kini. Sebuah masa dimana pandangan pertama adalah pertemuan-pertemuan tak sengaja dan penuh kemalu-maluan di pematang sawah. Dimana gejala penyakit cinta dilukiskan dengan " dilihatnja sekali lagi alam di sekelilingnja tiba-tiba dari sedikit kesedikit, wadjah alam itupun bertukarlah pada penglihatannja dari jang biasa. Air jang mengalir seakan-akan bernjanji, bunji puput anak gembala seakan-akan penghibur, deru angin ditelinga seakan-akan menghembuskan harapan baru". Masa itu juga adalah masa ketika katakan cinta terangkum dalam sebuah surat yang diawali dengan " Gemetar, Entjik ! Gemetar tanganku ketika mula-mula menulis surat ini. Hatiku memaksaku menulis, banjak yang terasa, tetapi setlah kutjetjahkan penaku kedawat, hilang akalku, tak tentu dari mana harus kumulai" dan dipamungkasi dengan "Terimalah saja menjadi sahabatmu yang baik, Hajati. Supaja dapat saja mengadukan hal-halku, untuk mengurangi tangungan hati, Sebab memang sudah biasa kegembiraan dapat ditelan sendiri-sendiri dan kemalangan menjadi kurang, bila dikatakan kepada orang lain."

Sebagai roman, "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" punya unsur-unsur yang lengkap. Tokoh utama yang terus didera derita sebelum akhirnya menemukan bahagia; cinta tulus yang harus menghadapi ujian adat, keluarga, dan perbedaan status; dan tentu saja akhir tragis yang mengharukan.

Tentu saja roman ini bukan sekadar roman biasa. Kalau sejak awal meniatkan untuk hanya menulis roman biasa, tidak mungkin HAMKA menempuh resiko untuk "sesungguhnya bagi golongan agama, menulis roman, adalah menjalahi kebiasaan yang umum dan lazim" sebagaimana yang diungkapkannya di kata pengantar. HAMKA banyak memasukkan pesan-pesan Islami yang dikemas sedemikian rupa sehingga tak jadi membosankan. Misalnya saja dengan melukiskan bagaimana Hayati seringkali mengkonsultasikan perasaannya kepada Allah dalam shalat malamnya,"...djika tjinta itu suatu dosa, ampunilah dan maafkanlah ! Hamba akan turut perintahMu. Hamba tak akan melangar larangan, tak akan menghentikan suruhan. Akan hamba simpan, biarlah orang lain tak tahu, tetapi izinkanlah hamba Ya Tuhan."

Dalam romannya ini, HAMKA juga menumpahkan kegalauannya melihat fenomena bagaimana adat berbenturan dengan modernitas dan segala dampak negatifnya. HAMKA risau melihat bagaimana kemajuan yang datang bersama pendidikan dan interaksi dengan Barat membuat banyak nilai-nilai dijungkirbalikkan. Standar moral berubah, apa yang benar dan salah tiba-tiba perlu ditulis ulang. Idealisme harus berhadapan dengan pragmatisme sementara konsep kebahagiaan yang berorientasi akhirat menjadi basi dan ditinggalkan. Curahan kepedulian HAMKA inilah yang membuat roman ini menjadi tak lekang oleh zaman dan selayaknya terus dibaca ulang oleh generasi Indonesia.(AY Sujono)

Angels & Demons (Verdict : Nice Message, Lack Research)

Setelah membaca Da Vinci Code gue pikir itu akan jadi kali terakhir gue membaca karya Dan Brown. Terus terang gue ngga menemukan apa sebenarnya yang membuat Da Vinci Code bisa menjadi bestseller dunia. Mungkin bagi masyarakat Barat yang Kristen membaca Da Vinci Code "menantang iman dan akal mereka", persis seperti yang diklaim oleh penerbitnya. Tapi, bagi gue Da Vinci Code tidak lebih dari sekadar conspiracy mambo jambo. Yang membuatnya sedikit menghibur adalah berbagai pengetahuan dan sejarah seputar Renaissans yang digunakan si tokoh utama dalam memecahkan misteri yang dihadapinya.

Ketika mendengar Angels & Demons (A&D) diterjemahkan dan membaca secara sekilas resensinya di koran, gue langsung berpikir kalau Da Vinci Code yang bestseller mengecewakan, apalagi buku ini yang merupakan karya Dan Brown sebelum Da Vinci Code. Sementara banyak orang mulai membicarakan A&D, gue sama sekali ngga memiliki minat untuk membacanya.


A&D terlupakan sampai kemudian Paus meninggal dan mendapat liputan luar biasa di media massa. Suatu hari, ketika sedang menonton liputan langsung dari Vatikan, Alief menceritakan bagaimana A&D juga mengambil setting waktu di seputar kematian seorang Paus dan bagaimana berbagai tradisi suksesi seorang Paus dijelaskan di novel itu. Tertarik, gue tambah excited ketika tahu Alief punya versi bahasa Inggris A&D, sebuah hadiah dari temannya yang akhirnya malah tidak terbaca karena kemudian dia memutuskan untuk lebih baik membeli dan membaca versi Indonesia.


A&D harus diakui lebih menarik dari perkiraan gue sebelumnya. Bukan ceritanya, bukan jalinan misteri yang baru terungkap di akhir. Petualangan Robert Langdon, profesor simbologi dan sejarah seni Harvard, dimulai dari kematian seorang ilmuwan di CERN. Langdon dipanggil untuk menyelesaikan kasus ini karena di dada si ilmuwan terdapat sebuah ambigram sempurna bertuliskan Illuminati. Bersama anak si ilmuwan, yang kebetulan seorang wanita seksi dan juga seorang doktor, Langdon menyusuri jejak si pembunuh dan berusaha mencegah meledaknya bom waktu antimatter yang dapat meluluhlantakkan Vatikan. Cerita ini menurut gue sangat biasa, dan lebih tidak menarik lagi dengan teori konspirasi yang dimasukkan ke dalamnya. Illuminati seperti kita mungkin tahu, adalah organisasi rahasia yang oleh banyak buku konspirasi ditempatkan dalam satu bab dengan Freemason, Knights of Templar, Rothschild, Rockerfeller, dan semacamnya. Ngga tahu ya kenapa, walaupun percaya dengan keberadaaan organisasi-organisasi ini gue benci membayangkan dunia begitu mudah diatur oleh lembaga-lembaga ini. Gue khawatir kalo terlalu percaya dengan teori konspirasi model ini akhirnya kita kok ngerasa lemah banget, dan take for granted kalo hidup kita memang ditentukan oleh bajingan2 itu.


Yang membuat gue tertarik untuk membaca adalah bagaimana Langdon mengajak kita untuk menjelajahi Vatikan, rahasia-rahasianya, dan tradisi njelimet yang dilakukan dalam memilih Paus baru. Membaca tentang hal-hal ini, apalagi sambil mengikuti liputan media massa tentang Paus bikin gue kagum melihat bahwa ternyata umat Katolik masih punya patron dan warisan organisasi dan tradisi yang relatif bertahan sampai saat ini. Sesuatu yang saat ini tidak dimiliki oleh umat Islam. Perpustakaan Vatikan misalnya, mungkin menyimpan koleksi literatur terlengkap tentang segala yang terkait dengan agama Katolik dan Renaissans. Bukan tidak mungkin sebagian koleksi dari masa keemasan Islam justru tersimpan rapi di sana. Dari segi aset, Vatikan juga memiliki kekayaan luar biasa: karya-karya terbaik masa Renaissans, bagian dari pampasan perang di Dunia Baru, setoran upeti dari monarki-monarki dunia pada masa ketika Vatikan dipimpin orang-orang korup, entah harta apalagi yang disimpan di ruang-ruang penyimpanan rahasia.


Hal kedua yang menjadi daya tarik A&D adalah kedalaman pesan yang coba disampaikan oleh Dan Brown. Melalui novel yang ditulisnya Dan Brown mencoba menggambarkan suatu masalah serius dalam peradaban Kristen Barat yaitu problematika sains dan agama. Memang nyatanya Barat menjadi peradaban maju dapat dikatakan tanpa teks suci, tanpa otoritas teolog, bahkan tanpa Tuhan. Barat adalah peradaban yang meninggalkan Tuhan dari wacana keilmuan, wacana filsafat, dan juga ruang-ruang bagi kehidupan publik. Sains adalah Promotheus yang mencuri api dari para dewa dan membawanya ke bumi untuk manusia. Dengan sains peradaban Barat berusaha menjawab seluruh pertanyaan yang dihadapi manusia, mulai dari fenomena alam sampai pertanyaan tentang Tuhan itu sendiri. Bacon pernah berkata "Theology is known by faith but philosophy should depend only upon reason", artinya teologi tidak masuk akal dan filsafat harus nir-iman kepada Tuhan.

Problematika inilah yang diangkat dengan sangat baik oleh Dan Brown dalam A&D, simak saja apa yang dikatakan tokoh camerlengo dalam pidato putus asanya yang ditujukan pada Illuminati (p. 380): "The ancient war between science and religion is over. You have won, but you have not won fairly.You have not won by providing answers. You have won by so radically reorienting our society that the truths we once saw as signposts now seem inapplicable. Religion cannot keep up. Scientific growth is exponential. It feeds on itself like a virus. Every new breakthrough opens doors for new breakthroughs. Mankind took thousands of years to progress from the wheel to the car. Now we measure scientific progress in weeks. We are spinning out of control. The rift between us grows deeper and deeper, and as religion is left behind, people find themself in a spiritual void. We cry out for meaning. And believe me we do cry out. We see UFOs, engage in channeling, spirit contact, out-of-body experiences, mindquests-all these ideas havae scientific veneer, but they unashamedly irrational. They are desperate cry of the modern soul, lonely and tormented, crippled by its own enlightment and its inability to accept meaning in anything removed from technology."

Yang membuat konflik ini makin intriguing dalam novel Dan Brown adalah pada akhirnya dia tidak mengambil sikap dan menyelesaikan novel dengan kemenangan salah satu pihak. Angels and Demons bukan representasi yang dia pilih untuk masing-masing pihak. Dan Brown justru memperlihatkan pada pembacanya Angel dan Demon adalah dua sisi yang terdapat baik dalam agama maupun sains dan manusialah yang menjadi bandul pendulum yang bergerak di antara dua sisi itu.

Dalam hal pesan tersirat inilah menurut gue A&D lebih bagus jika dibandingkan dengan Da Vinci Code.

Meskipun begitu, ada hal-hal yang cukup mengganggu dalam novel tersebut. Yang pertama adalah penggambaran tokoh Hassasin tak bernama yang berperan menjalankan rencana Illuminati. Istilah Hassasin merupakan sesuatu yang diambil dari sejarah peradaban Islam. Hassasin adalah sebutan bagi sebuah sekte Syi'ah penganut aliran Ismailiyah yang berdiri sekitar masa akhir khalifah Abbasiyah. Ada yang menyebut bahwa Hassasin berasal dari kata hashish yang sering digunakan oleh anggotanya sebelum melakukan pembunuhan, tapi ada juga yang menjelaskan bahwa nama hassasin berasal dari nama pendirinya . Didirikan oleh Hasan-i Sabbah , yang kemudian menjadi Grand Master pertama, Hassasin bermarkas di sebuah benteng kokoh di puncak karang yang diberi nama Alamut. Hasan merekrut pemuda-pemuda fanatik dan kemudian dengan berbagai metode human programming melatih mereka menjadi pasukan pembunuh yang loyal, efisien, dan efektif. Salah satu ciri Hassasin adalah seni membunuh dengan menggunakan belati dan melakukan pembunuhan di muka publik untuk semakin memperkuat efek ketakutan yang timbul. Hassasin kemudian memiliki reputasi sebagai penebar teror dengan berbagai pembunuhan politik yang mereka lakukan untuk menghabisi lawan-lawan mereka atau untuk memenuhi pesanan dari pihak-pihak yang berkonflik saat itu. Banyak sumber sejarah menyebutkan bahwa "jasa" mereka digunakan baik oleh pihak-pihak yang terlibat dalam konflik internal khalifah maupun oleh pasukan Salib. Dari reputasi mereka inilah kemudian sampai sekarang kata assasin masih digunakan untuk menyebut pelaku pembunuhan dengan motif politik.

Pembaca yang tidak pernah membaca sejarah Hassasin akan mendapat kesan bahwa Hassasin adalah orang Arab, Muslim, menjalankan tugasnya sebagai bagian dari pembalasan dendamnya pada pasukan Salib, dan menikmati tubuh perempuan sebagai hadiah bagi setiap kemenangan. Ini cukup membuat gue jijik. Padahal kalau saja dan Brown berniat baik dan mau menghabiskan sedikit waktu untuk riset sejarah sebagaimana dia meriset Vatikan dan karya-karya renaissans, Dan Brown akan menemukan fakta-fakta berikut : Satu, Hassasin bukan penganut Islam mainstream , bahkan beberapa kali otoritas Islam masa itu mencoba menghancurkan benteng Alamut tapi selalu gagal karena kuatnya pertahanan alam dan terlatihnya garnisun Hassasin. Saladin, misalnya, setelah menutup cabang Hassasin di Damaskus kemudian tiba-tiba seperti enggan berurusan dengan mereka setelah Hassasin mengumumkan niat untuk membunuh semua kerabat Saladin, bahkan ada juga cerita yang menyebutkan bahwa Saladin mengurungkan niatnya setelah Hasan sendiri secara pribadi ,entah bagaimana caranya, meletakkan sebuah belati di dada Saladin ketika beliau tidur. Kedua, Hassasin tidak akan memiliki dendam kesumat terhadap pasukan Salib. Sepanjang perang Salib praktis Hassasin mengambil sikap oportunis dan satu-satunya yang mereka bela adalah kepentingan mereka sendiri. Kalau memang seorang keturunan Hassasin menaruh dendam harusnya kepada pasukan Mongol yang pada invasinya di bawah Ulagu Khan berhasil menghancurkan Alamut dan menghabisi sebagian besar anggota Hassasin. Ketiga, seorang Hassasin tidak akan mau bekerja dengan penuh setia sebagai agen Illuminati. Setiap tugas yang dijalankan anggota Hassasin berasal dari Grand Masternya, dan tidak pernah atas perintah orang lain apalagi Illuminati yang jelas punya keyakinan agama berbeda dengan mereka.

Selain misguiding lead yang sepertinya disengaja, pembaca Da Vinci Code yang kemudian juga membaca A&D akan bertanya-tanya tentang begitu banyaknya kemiripan antara keduanya. Kalau dipetakan misalnya : ada Galileo dan Bernini yang punya peran yang sama dengan Da Vinci, Illuminati bisa dibandingkan dengan Opus Dei, Hassasin dengan Silas, Maximilian Kohler dengan Bezu Fache dan banyak lagi. Seakan-akan kedua novel tersebut dibuat dengan template yang sama. Ada kecurigaan bahwa Dan Brown memoles ulang A&D yang tidak laku menjadi Da Vinci Code yang kemudian ternyata berhasil menjadi best seller. (AY Sujono)

Kokology

Secara singkat Kokology bisa diartikan sebagai "psikologi ala Jepang". Istilah ini diciptakan Isamu Saito, psikolog terkemuka Jepang. Dia menggunakan gabungan kata Jepang "kokoro", yang berarti semangat, pikiran, perasaan, dengan kata Yunani "logos", yang kita semua tahu berarti ilmu.

Berbeda dengan buku-buku pengembangan diri yang biasanya lebih menekankan pada materi yang berusaha memperbaiki salah satu aspek kepribadian, Kokology justru mendorong kita untuk mencari sendiri aspek kepribadian kita yang perlu diperbaiki dan menyerahkan pilihan pada kita untuk memperbaikinya.

Cara yang digunakan kokology cukup unik. Seluruh buku itu berisi cerita-cerita skenario singkat yang kemudian diakhiri dengan pertanyaan. Sebagai pembaca, kita diminta untuk membayangkan diri kita dalam situasi tersebut dan secara jujur mengungkapkan apa hal pertama yang terlintas di pikiran kita sebagai jawaban. Setelah kita menjawab, Kokology menyediakan analisa terhadap jawaban kita tersebut dan menjelaskan kepada kita aspek kepribadian apa yang terungkap dari jawaban tersebut.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibuat sangat menarik dan tak sedikit pun terpikir apa yang sebenarnya dicari. Salah satu pertanyaan berbunyi begini :
Spoiler warning ! Do not read this section if u're thinking about buying or borrowing the book
Anda sedang memancing. Ikan tersangkut ke pancing. Saat Anda menggulung pancing untuk menarik ikan keluar dari air, ikan melompat dan mengenai tubuh Anda. Bagian mana tubuh Anda yang terkena ikan?

Penjelasan dari pertanyaan tersebut ternyata memaparkan bahwa bagian tubuh yang kita sebutkan sewaktu menjawab pertanyaan tersebut adalah bagian tubuh kita yang selama ini membauat kita tidak pede dan kalau bisa sebenarnya ingin kita sembunyikan dari orang lain.

End of spoiler warning

Kejutan-kejutan seperti inilah yang membuat membaca Kokology mengasyikkan. Bukankah apapun yang membuat kita lebih mengenal diri sendiri selalu menarik bagi kita ? Jawaban terhadap misteri tentang siapa kita adalah sesuatu yang membuat kita lebih yakin dalam menjalankan misi kita di dunia. Tentu saja respon yang muncul setiap membaca penjelasan kokology tentang kepribadian kita dapat berbeda-beda. Mungkin denial, mungkin afirmasi, dan mungkin juga justru kebingungan dari mana penjelasan semacam itu dapat muncul.

Inilah yang terasa sebagai kekurangan buku Kokology. Tidak ada bagian yang menjelaskan secara gamblang bangun metodologi yang digunakan Saito dalam teknik yang diciptakannya. Akhirnya, pembaca yang kritis dan lebih tertarik untuk mempelajari seperti apa dan bagaimana mengayunkan "katana" Kokology bisa jadi kecewa.

Tampaknya Saito memang tidak menulis buku Kokology sebagai buku daras psikologi yang menempatkannya sebagai salah satu pendiri mazhab baru seperti Freud atau Skinner. Saito lebih tertarik untuk membantu kita menjawab pertanyaan tentang siapa kita dengan cara yang menyenangkan. Kita harus membaca Kokology dengan didahului suatu kejujuran diri untuk dihadapkan pada sisi-sisi diri kita yang selama ini tidak kita ketahui atau sebenarnya kita sadari tapi lebih sering kita simpan rapat-rapat. Tanpa dimulai dengan sikap seperti itu, tak peduli berapa kali pun kita membacanya, Kokology tak akan membawa diri kita semakin dekat pada jawaban yang selama ini mungkin kita cari. (AY Sujono)

Tuesday, July 12, 2005

Corporate Shaman

Shaman dalah kata dari orang-orang Tungis di Siberia yang berarti "Orang yang melihat dalam kegelapan"
dikenal pula dengan sebutan witch doctor, sorcerer, medicine man dn kahuna kapua. Shaman adalah para penyembuh yang selama 40.000 tahun telah mempraktekan kemampuan mereka untuk menolong. Dengan melakukan apa yang disebut shamanistic journey seorang shaman dapat memasuki dengan bebas ke tingkat kesadarean lain dan mengadakan perjalanan ke dunia-dunia lain untuk mencari kebijaksanaan, kekuatan untuk memberikan perubahan positif bagi manusia dan lingkungannya.

PRIMETEC adalah sebuah perusahaan kelas menengah yang sedang mengalami krisis. Sebuah krisis yang biasa dialami oleh perusahaan yang beranjak besar. Sebuah kekacauan yang jika tidak diatasi segera maka kejatuhan perusahaan adalah hal yang pasti.

Alih-alih memberikan bimbingan dan kepemimpinan untuk keluar dari krisis tersebut, Leon King yang bertindak sebagai CEO
perusahaan malah menjadi salah satu masalah krisis tersebut. King menimpakan kesalahan hampir ke seluruh orang. Mmebuat setiap orang merasa tidak aman dan bekerja dalam tekanan. Kesalahan fatal yang dilakukan seorang pemimpin.

Seorang "konsultan perusahaan", Jason Hand, berusaha menyembuhkan perusahaan tersebut dengan cara-cara shamannya. Melalui bimbingannya kepala operasi PRIMETEC Mark Steed menyadari kesalahannya. Seharusnya produk-produk yang dihasilkan harus melibatkan customer lebih banyak. Dengan bimbingan Hand pula Steed memunculkan "the pack". Dengan maskot serigala. Maskot Serigala tersebut memberikan energi baru kepada tiap-tiap bawahan Steed. Mereka bersama Steed membentuk semacam 'cult' dimana setiap orang mencurahkan sepenuh kemampuan kepada keberhasilan "the pack".

Setelah berhasil pada Steed, Hand berusaha merengkuh King, Hand berhasil memunculkan sisi "penyembuh" sang CEO karena yang dibutuhkan PRIMETEC saat ini bukanlah seorang diktator namun seorang pemimpin, seorang raja yang sekaligus seorang penyembuh. Seorang pemimpin yang maju ke garis depan untuk membantu prajuritnya di medan tempur.


------

The Corporate Shaman adalah sebuah cerita yang menggambarkan apa yan harus dipunyai perusahaan agar sukses mengatasi gejolak pasar dan apa yan dibutuhkan setiap manusia yang berada dalam perusahaan tersebut. Buku ini menggambarkan secara implisit perlunya kultur perusahaan (digambarkan oleh "the pack"), pentingnya customer orientation dan bagaimana para pemimpin perusahaan seharusnya bersikap. Tidak ada hal yang baru dari teori perusahaan yang ditawarkan pada buku ini kecuali berusaha mengingatkan (Karena banyak perusahaan yang beranjak besar lupa "kesenangan korporat" yang mengakibatkan mereka berhenti berkembang).

Dari segi cerita, buku ini memberikan hiburan tersendiri karena dihiasi oleh cerita-cerita mengenai shaman dan perjalanan mereka beserta metode-metode yang digunakan.

Tuesday, June 28, 2005

what they say ...

Buku adalah pengusung peradaban
Tanpa buku sejarah diam, sastra bungkam,
sains lumpuh, pemikiran macet.
Buku adalah mesin perubahan,
jendela dunia,
"mercu suar" seperti kata seorang penyair,
"yang dipancangkan di samudera waktu".
[Barbara Tuchman, 1989]

Buku adalah jendela
Sukma kita melihat dunia luar lewat jendela ini
Rumah tanpa buku bagaikan ruangan tak berjendela
[Henry Ward Beecher, 1870]

Buku itu seperti taman
Yang bisa dimasukkan ke dalam kantong
[Pepatah Tiongkok]

Buku adalah benda luar biasa
Buku itu seperti taman indah penuh dengan bunga aneka-warna,
Seperti permadani terbang
Yang sanggup melayangkan kita
Ke negeri-negeri tak dikenal sebelumnya
[Frank Gruber, 1944]

Buku menghirup udara dan menghembuskan minyak wangi
[Eugene Field, 1896]

Buku harus menjadi kampak
Untuk menghancurkan lautan beku di dalam diri kita.
[Franz Kafka, 1883-1924, cerpenis dan novelis Austria]

Tanpa buku Tuhan diam,
Keadilan terbenam
Sains alam macet,
Sastra bisu,
Dan seluruhnya dirundung kegelapan
[Thomas V. Bartholin, 1672]

Buku adalah teman paling pendiam dan selalu siap di tempat.
Penasehat yang paling mudah ditemui dan paling bijaksana,
Serta guru yang luar biasa sabar
[Charles W. Eliot, 1896]

Saya tidak membaca buku:
Saya berbicara dengan pengarangnya
[Elbert Hubbard, 1927]

Buku berfikir untuk saya
[Charles Lamb]

Buku itu cermin
Kalau keledai bercermin disitu,
Tak akan muncul wajah ulama
[G.C. Lichtenberg]

Buku sebenarnya bukanlah yang kita baca,
Tapi buku yang membaca kita
[W.H. Auden, 1973]

Wanita piaraan saya
Buku
[S.J. Adair Fitzgerald]

Kalau ada uang sedikit, saya beli buku,
Kalau masih ada sisanya,
Saya beli makanan dan pakaian
[Desiderius Erasmus]

Biarlah saya jadi orang miskin,
Tinggal di gubuk tapi punya buku banyak
Daripada jadi raja tapi tak suka membaca
[Thomas B. Macaulay, 1876]

Banyak orang seperti saya
Orang yang perlu buku, seperti mereka perlu udara
[Richard Marek, 1987]

Saya tak bisa hidup tanpa buku
[Thomas Jefferson, 1815]

Duduk sendirian dibawah sinar lampu,
Buku terkembang di depan,
Bercakap-cakap secara akrab dengan manusia dari generasi yang tak
tampak…
Sungguh suatu kenikmatan yang tak bertara
[Yoshida Kenko, 1688]
Kebiasaan membaca itu satu-satunya kenikmatan yang murni
Ketika kenikmatan lain pudar, kenikmatan membaca tetap bertahan
[Anthony Trollope]

Orang mana bisa tahu tentang waktu yang dihabiskan
Dan susah payahnya belajar membaca (buku)
Saya sudah 80 tahun berusaha,
Belum juga mencapai tujuan
[Goethe]

Seseorang kehilangan kontak dengan kenyataan
Bila tidak dikelilingi buku-bukunya
[Francois Mitterand, Presiden Perancis, 1982]

Seperti daging untuk jasmani, begitulah bacaan untuk jiwa
[Seneca]

Membaca buku bagus
Seperti bercakap-cakap dengan orang hebat
Dari abad-abad terdahulu
[Rene Descartes, 1617]

Orang dapat memperoleh pendidikan kelas atas
Dari rak buku sepanjang lima kaki
[Charles William Eliot, Rektor Universitas Harvard]

Universitas sejati hari ini
Adalah sebuah kumpulan buku
[Thomas Carlyle]