Sunday, July 17, 2005

Angels & Demons (Verdict : Nice Message, Lack Research)

Setelah membaca Da Vinci Code gue pikir itu akan jadi kali terakhir gue membaca karya Dan Brown. Terus terang gue ngga menemukan apa sebenarnya yang membuat Da Vinci Code bisa menjadi bestseller dunia. Mungkin bagi masyarakat Barat yang Kristen membaca Da Vinci Code "menantang iman dan akal mereka", persis seperti yang diklaim oleh penerbitnya. Tapi, bagi gue Da Vinci Code tidak lebih dari sekadar conspiracy mambo jambo. Yang membuatnya sedikit menghibur adalah berbagai pengetahuan dan sejarah seputar Renaissans yang digunakan si tokoh utama dalam memecahkan misteri yang dihadapinya.

Ketika mendengar Angels & Demons (A&D) diterjemahkan dan membaca secara sekilas resensinya di koran, gue langsung berpikir kalau Da Vinci Code yang bestseller mengecewakan, apalagi buku ini yang merupakan karya Dan Brown sebelum Da Vinci Code. Sementara banyak orang mulai membicarakan A&D, gue sama sekali ngga memiliki minat untuk membacanya.


A&D terlupakan sampai kemudian Paus meninggal dan mendapat liputan luar biasa di media massa. Suatu hari, ketika sedang menonton liputan langsung dari Vatikan, Alief menceritakan bagaimana A&D juga mengambil setting waktu di seputar kematian seorang Paus dan bagaimana berbagai tradisi suksesi seorang Paus dijelaskan di novel itu. Tertarik, gue tambah excited ketika tahu Alief punya versi bahasa Inggris A&D, sebuah hadiah dari temannya yang akhirnya malah tidak terbaca karena kemudian dia memutuskan untuk lebih baik membeli dan membaca versi Indonesia.


A&D harus diakui lebih menarik dari perkiraan gue sebelumnya. Bukan ceritanya, bukan jalinan misteri yang baru terungkap di akhir. Petualangan Robert Langdon, profesor simbologi dan sejarah seni Harvard, dimulai dari kematian seorang ilmuwan di CERN. Langdon dipanggil untuk menyelesaikan kasus ini karena di dada si ilmuwan terdapat sebuah ambigram sempurna bertuliskan Illuminati. Bersama anak si ilmuwan, yang kebetulan seorang wanita seksi dan juga seorang doktor, Langdon menyusuri jejak si pembunuh dan berusaha mencegah meledaknya bom waktu antimatter yang dapat meluluhlantakkan Vatikan. Cerita ini menurut gue sangat biasa, dan lebih tidak menarik lagi dengan teori konspirasi yang dimasukkan ke dalamnya. Illuminati seperti kita mungkin tahu, adalah organisasi rahasia yang oleh banyak buku konspirasi ditempatkan dalam satu bab dengan Freemason, Knights of Templar, Rothschild, Rockerfeller, dan semacamnya. Ngga tahu ya kenapa, walaupun percaya dengan keberadaaan organisasi-organisasi ini gue benci membayangkan dunia begitu mudah diatur oleh lembaga-lembaga ini. Gue khawatir kalo terlalu percaya dengan teori konspirasi model ini akhirnya kita kok ngerasa lemah banget, dan take for granted kalo hidup kita memang ditentukan oleh bajingan2 itu.


Yang membuat gue tertarik untuk membaca adalah bagaimana Langdon mengajak kita untuk menjelajahi Vatikan, rahasia-rahasianya, dan tradisi njelimet yang dilakukan dalam memilih Paus baru. Membaca tentang hal-hal ini, apalagi sambil mengikuti liputan media massa tentang Paus bikin gue kagum melihat bahwa ternyata umat Katolik masih punya patron dan warisan organisasi dan tradisi yang relatif bertahan sampai saat ini. Sesuatu yang saat ini tidak dimiliki oleh umat Islam. Perpustakaan Vatikan misalnya, mungkin menyimpan koleksi literatur terlengkap tentang segala yang terkait dengan agama Katolik dan Renaissans. Bukan tidak mungkin sebagian koleksi dari masa keemasan Islam justru tersimpan rapi di sana. Dari segi aset, Vatikan juga memiliki kekayaan luar biasa: karya-karya terbaik masa Renaissans, bagian dari pampasan perang di Dunia Baru, setoran upeti dari monarki-monarki dunia pada masa ketika Vatikan dipimpin orang-orang korup, entah harta apalagi yang disimpan di ruang-ruang penyimpanan rahasia.


Hal kedua yang menjadi daya tarik A&D adalah kedalaman pesan yang coba disampaikan oleh Dan Brown. Melalui novel yang ditulisnya Dan Brown mencoba menggambarkan suatu masalah serius dalam peradaban Kristen Barat yaitu problematika sains dan agama. Memang nyatanya Barat menjadi peradaban maju dapat dikatakan tanpa teks suci, tanpa otoritas teolog, bahkan tanpa Tuhan. Barat adalah peradaban yang meninggalkan Tuhan dari wacana keilmuan, wacana filsafat, dan juga ruang-ruang bagi kehidupan publik. Sains adalah Promotheus yang mencuri api dari para dewa dan membawanya ke bumi untuk manusia. Dengan sains peradaban Barat berusaha menjawab seluruh pertanyaan yang dihadapi manusia, mulai dari fenomena alam sampai pertanyaan tentang Tuhan itu sendiri. Bacon pernah berkata "Theology is known by faith but philosophy should depend only upon reason", artinya teologi tidak masuk akal dan filsafat harus nir-iman kepada Tuhan.

Problematika inilah yang diangkat dengan sangat baik oleh Dan Brown dalam A&D, simak saja apa yang dikatakan tokoh camerlengo dalam pidato putus asanya yang ditujukan pada Illuminati (p. 380): "The ancient war between science and religion is over. You have won, but you have not won fairly.You have not won by providing answers. You have won by so radically reorienting our society that the truths we once saw as signposts now seem inapplicable. Religion cannot keep up. Scientific growth is exponential. It feeds on itself like a virus. Every new breakthrough opens doors for new breakthroughs. Mankind took thousands of years to progress from the wheel to the car. Now we measure scientific progress in weeks. We are spinning out of control. The rift between us grows deeper and deeper, and as religion is left behind, people find themself in a spiritual void. We cry out for meaning. And believe me we do cry out. We see UFOs, engage in channeling, spirit contact, out-of-body experiences, mindquests-all these ideas havae scientific veneer, but they unashamedly irrational. They are desperate cry of the modern soul, lonely and tormented, crippled by its own enlightment and its inability to accept meaning in anything removed from technology."

Yang membuat konflik ini makin intriguing dalam novel Dan Brown adalah pada akhirnya dia tidak mengambil sikap dan menyelesaikan novel dengan kemenangan salah satu pihak. Angels and Demons bukan representasi yang dia pilih untuk masing-masing pihak. Dan Brown justru memperlihatkan pada pembacanya Angel dan Demon adalah dua sisi yang terdapat baik dalam agama maupun sains dan manusialah yang menjadi bandul pendulum yang bergerak di antara dua sisi itu.

Dalam hal pesan tersirat inilah menurut gue A&D lebih bagus jika dibandingkan dengan Da Vinci Code.

Meskipun begitu, ada hal-hal yang cukup mengganggu dalam novel tersebut. Yang pertama adalah penggambaran tokoh Hassasin tak bernama yang berperan menjalankan rencana Illuminati. Istilah Hassasin merupakan sesuatu yang diambil dari sejarah peradaban Islam. Hassasin adalah sebutan bagi sebuah sekte Syi'ah penganut aliran Ismailiyah yang berdiri sekitar masa akhir khalifah Abbasiyah. Ada yang menyebut bahwa Hassasin berasal dari kata hashish yang sering digunakan oleh anggotanya sebelum melakukan pembunuhan, tapi ada juga yang menjelaskan bahwa nama hassasin berasal dari nama pendirinya . Didirikan oleh Hasan-i Sabbah , yang kemudian menjadi Grand Master pertama, Hassasin bermarkas di sebuah benteng kokoh di puncak karang yang diberi nama Alamut. Hasan merekrut pemuda-pemuda fanatik dan kemudian dengan berbagai metode human programming melatih mereka menjadi pasukan pembunuh yang loyal, efisien, dan efektif. Salah satu ciri Hassasin adalah seni membunuh dengan menggunakan belati dan melakukan pembunuhan di muka publik untuk semakin memperkuat efek ketakutan yang timbul. Hassasin kemudian memiliki reputasi sebagai penebar teror dengan berbagai pembunuhan politik yang mereka lakukan untuk menghabisi lawan-lawan mereka atau untuk memenuhi pesanan dari pihak-pihak yang berkonflik saat itu. Banyak sumber sejarah menyebutkan bahwa "jasa" mereka digunakan baik oleh pihak-pihak yang terlibat dalam konflik internal khalifah maupun oleh pasukan Salib. Dari reputasi mereka inilah kemudian sampai sekarang kata assasin masih digunakan untuk menyebut pelaku pembunuhan dengan motif politik.

Pembaca yang tidak pernah membaca sejarah Hassasin akan mendapat kesan bahwa Hassasin adalah orang Arab, Muslim, menjalankan tugasnya sebagai bagian dari pembalasan dendamnya pada pasukan Salib, dan menikmati tubuh perempuan sebagai hadiah bagi setiap kemenangan. Ini cukup membuat gue jijik. Padahal kalau saja dan Brown berniat baik dan mau menghabiskan sedikit waktu untuk riset sejarah sebagaimana dia meriset Vatikan dan karya-karya renaissans, Dan Brown akan menemukan fakta-fakta berikut : Satu, Hassasin bukan penganut Islam mainstream , bahkan beberapa kali otoritas Islam masa itu mencoba menghancurkan benteng Alamut tapi selalu gagal karena kuatnya pertahanan alam dan terlatihnya garnisun Hassasin. Saladin, misalnya, setelah menutup cabang Hassasin di Damaskus kemudian tiba-tiba seperti enggan berurusan dengan mereka setelah Hassasin mengumumkan niat untuk membunuh semua kerabat Saladin, bahkan ada juga cerita yang menyebutkan bahwa Saladin mengurungkan niatnya setelah Hasan sendiri secara pribadi ,entah bagaimana caranya, meletakkan sebuah belati di dada Saladin ketika beliau tidur. Kedua, Hassasin tidak akan memiliki dendam kesumat terhadap pasukan Salib. Sepanjang perang Salib praktis Hassasin mengambil sikap oportunis dan satu-satunya yang mereka bela adalah kepentingan mereka sendiri. Kalau memang seorang keturunan Hassasin menaruh dendam harusnya kepada pasukan Mongol yang pada invasinya di bawah Ulagu Khan berhasil menghancurkan Alamut dan menghabisi sebagian besar anggota Hassasin. Ketiga, seorang Hassasin tidak akan mau bekerja dengan penuh setia sebagai agen Illuminati. Setiap tugas yang dijalankan anggota Hassasin berasal dari Grand Masternya, dan tidak pernah atas perintah orang lain apalagi Illuminati yang jelas punya keyakinan agama berbeda dengan mereka.

Selain misguiding lead yang sepertinya disengaja, pembaca Da Vinci Code yang kemudian juga membaca A&D akan bertanya-tanya tentang begitu banyaknya kemiripan antara keduanya. Kalau dipetakan misalnya : ada Galileo dan Bernini yang punya peran yang sama dengan Da Vinci, Illuminati bisa dibandingkan dengan Opus Dei, Hassasin dengan Silas, Maximilian Kohler dengan Bezu Fache dan banyak lagi. Seakan-akan kedua novel tersebut dibuat dengan template yang sama. Ada kecurigaan bahwa Dan Brown memoles ulang A&D yang tidak laku menjadi Da Vinci Code yang kemudian ternyata berhasil menjadi best seller. (AY Sujono)

1 comment:

Anonymous said...

mm bagus... kok ga pernah posting lg?