Sunday, July 17, 2005

Kokology

Secara singkat Kokology bisa diartikan sebagai "psikologi ala Jepang". Istilah ini diciptakan Isamu Saito, psikolog terkemuka Jepang. Dia menggunakan gabungan kata Jepang "kokoro", yang berarti semangat, pikiran, perasaan, dengan kata Yunani "logos", yang kita semua tahu berarti ilmu.

Berbeda dengan buku-buku pengembangan diri yang biasanya lebih menekankan pada materi yang berusaha memperbaiki salah satu aspek kepribadian, Kokology justru mendorong kita untuk mencari sendiri aspek kepribadian kita yang perlu diperbaiki dan menyerahkan pilihan pada kita untuk memperbaikinya.

Cara yang digunakan kokology cukup unik. Seluruh buku itu berisi cerita-cerita skenario singkat yang kemudian diakhiri dengan pertanyaan. Sebagai pembaca, kita diminta untuk membayangkan diri kita dalam situasi tersebut dan secara jujur mengungkapkan apa hal pertama yang terlintas di pikiran kita sebagai jawaban. Setelah kita menjawab, Kokology menyediakan analisa terhadap jawaban kita tersebut dan menjelaskan kepada kita aspek kepribadian apa yang terungkap dari jawaban tersebut.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibuat sangat menarik dan tak sedikit pun terpikir apa yang sebenarnya dicari. Salah satu pertanyaan berbunyi begini :
Spoiler warning ! Do not read this section if u're thinking about buying or borrowing the book
Anda sedang memancing. Ikan tersangkut ke pancing. Saat Anda menggulung pancing untuk menarik ikan keluar dari air, ikan melompat dan mengenai tubuh Anda. Bagian mana tubuh Anda yang terkena ikan?

Penjelasan dari pertanyaan tersebut ternyata memaparkan bahwa bagian tubuh yang kita sebutkan sewaktu menjawab pertanyaan tersebut adalah bagian tubuh kita yang selama ini membauat kita tidak pede dan kalau bisa sebenarnya ingin kita sembunyikan dari orang lain.

End of spoiler warning

Kejutan-kejutan seperti inilah yang membuat membaca Kokology mengasyikkan. Bukankah apapun yang membuat kita lebih mengenal diri sendiri selalu menarik bagi kita ? Jawaban terhadap misteri tentang siapa kita adalah sesuatu yang membuat kita lebih yakin dalam menjalankan misi kita di dunia. Tentu saja respon yang muncul setiap membaca penjelasan kokology tentang kepribadian kita dapat berbeda-beda. Mungkin denial, mungkin afirmasi, dan mungkin juga justru kebingungan dari mana penjelasan semacam itu dapat muncul.

Inilah yang terasa sebagai kekurangan buku Kokology. Tidak ada bagian yang menjelaskan secara gamblang bangun metodologi yang digunakan Saito dalam teknik yang diciptakannya. Akhirnya, pembaca yang kritis dan lebih tertarik untuk mempelajari seperti apa dan bagaimana mengayunkan "katana" Kokology bisa jadi kecewa.

Tampaknya Saito memang tidak menulis buku Kokology sebagai buku daras psikologi yang menempatkannya sebagai salah satu pendiri mazhab baru seperti Freud atau Skinner. Saito lebih tertarik untuk membantu kita menjawab pertanyaan tentang siapa kita dengan cara yang menyenangkan. Kita harus membaca Kokology dengan didahului suatu kejujuran diri untuk dihadapkan pada sisi-sisi diri kita yang selama ini tidak kita ketahui atau sebenarnya kita sadari tapi lebih sering kita simpan rapat-rapat. Tanpa dimulai dengan sikap seperti itu, tak peduli berapa kali pun kita membacanya, Kokology tak akan membawa diri kita semakin dekat pada jawaban yang selama ini mungkin kita cari. (AY Sujono)

No comments: